Kolaborasi Model Inkuiri dengan Teknik Snowball Throwing dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Mengenai Materi Energi dan Perubahannya
Kolaborasi Model Inkuiri
dengan Teknik Snowball Throwing dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Mengenai Materi
Energi dan Perubahannya
di Kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong
Dewina Cahya Ningsih
dewinacahya@gmail.com
Abstrak: Penelitian
ini akan dilaksanakan di kelas IV
SD Negeri 167 Rejang Lebong, bertujuan untuk
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPA mengenai materi energi dan perubahannya melalui kolaborasi model Inkuiri
dengan teknik
Snowball Throwing. Penelitian ini akan dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes dan non tes. Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi dan tes hasil belajar. Data tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan
persentase ketuntasan belajar klasikal. Teknik analisa
data meliputi lembar
penilaian aktivitas guru dan aktivitas
siswa
dengan skor tertinggi untuk tiap butir
pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah adalah 1 (kurang)
Kata
kunci : Inkuiri, Snowball Throwing,
aktfitas, hasil belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata sains berasal dari kata natural science, yang
artinya alamiah atau berhubungan dengan alam.
IPA merupakan konsep pembelajaran yang fokus kajiannya adalah alam dan
proses-proses yang ada di dalamnya. IPA juga mempunyai hubungan yang sangat
luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai
banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:
13) IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju
dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan
teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya.
Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal
untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains yang penting dan
menjadi tolak ukur untuk kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia,
mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi
melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA.
Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman peneliti dalam mengajar IPA di
SD Negeri 167 Rejang Lebong. Mata pelajaran IPA merupakan
salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa, sehingga tidak heran jika tingkat keberhasilan pembelajaran IPA masih rendah dengan nilai rata-rata 57,6 dengan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 64,5%. Siswa mengungkapkan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mengandalkan teknik catat
mencatat sehingga menimbulkan kebosanan dan siswa selalu saja
dijejali dengan hapalan.
1
|
Model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran
yang bertujuan untuk mengundang siswa menjadi lebih aktif baik dari segi
emosional maupun intelektual. Pembelajaran inkuiri mampu membuat suasana
belajar menjadi lebih menyenangkan dengan menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sebuah
permasalahan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sanjaya (2007: 194) yang
mengemukakan bahwa model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
penekanannya pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Agar pembelajaran terasa lebih menyenangkan dan suasana kelas lebih
kondusif penerapan model inkuiri ini dapat dikolaborasikan dengan teknik
pembelajaran lainnya seperti snowball throwing. Snowball Throwing berasal dari kata Snowball artinya bola
salju sedangkan Throwing artinya
melempar. Snowball Throwing secara
keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Teknik pembelajaran ini
dipandang menyenangkan karena disertai iringan musik selama proses pelemparan
bola salju. Siswa yang mendapatkan bola di akhir lagu, berhak mengambil satu
lembar pertanyaan dan menjawabnya. Hal ini akan lebih memantapkan pemahaman siswa
tentang materi yang telah dipelajari.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka
peneliti tertarik mengambil judul “Kolaborasi Model Inkuiri dengan
Teknik Snowball Throwing dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Mengenai Materi Energi dan Perubahannya di Kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah penerapan kolaborasi Model Inkuiri
dengan Teknik Snowball Throwing dalam
meningkatkan aktivitas belajar IPA mengenai materi energi dan perubahannya di
kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong?
2
|
2.
Bagaimanakah penerapan Kolaborasi Model Inkuiri dengan Teknik Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar IPA mengenai
materi energi dan perubahannya di kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan
aktivitas pembelajaran IPA melalui Kolaborasi Model Inkuiri dengan
Teknik Snowball Throwing mengenai
materi energi dan perubahannya di kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong.
2.
Meningkatkan hasil
belajar IPA melalui Kolaborasi Model Inkuiri dengan Teknik Snowball Throwing mengenai materi energi
dan perubahannya di kelas IV SD Negeri 167 Rejang Lebong
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi
Siswa
Melalui Kolaborasi
Model Inkuiri dengan Teknik Snowball
Throwing, diharapakan siswa yang sebagai subyek penelitian dapat
belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan kreativitas
siswa serta mengembangkan cara belajarnya.
2.
Bagi Guru
Memberikan informasi serta meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan melalui Kolaborasi Model inkuiri dengan
Teknik Snowball Throwing.
3.
Bagi
Sekolah
Melalui penelitian ini, penulis dapat memberikan sumbangan informasi
kepada sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses belajar mengajar, khususnya
pada mata pelajaran IPA yang juga berdampak pada meningkatnya kualitas sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Hakikat
Pembelajaran IPA di SD
1.
Pengertian
IPA
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang
dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008:
25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,
semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan instrumen evaluasinya
(Hisyam Zaini, 2004: 4). Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka disimpulkan
pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka membuat siswa belajar. Pembelajaran juga merupakan persiapan di masa
depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan
datang.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan
kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik
dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sri Sulistyorini
(2007: 39) yang menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Menurut Iskandar (2001: 2). IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA juga merupakan
pengetahuan khusus yang memiliki tahapan-tahapan seperti observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18).
4
|
2.
Tujuan
Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA bertujuan agar siswa: (1) Mengembangkan rasa ingin tahu
dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, (2) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, (3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (4)
Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan
sehari-hari, (5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain, (6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta
ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)
Adapun tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan
kurikulum 2004 yaitu: (1) menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) menanamkan rasa ingin tahu dan
sikap positif terhadap sains dan teknologi, (3) mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan, (4) ikut serta dalam memelihara, manjaga, dan melestarikan
lingkungan alam, (5) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi, danmasyarakat, dan
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
(Depdiknas, 2003: 27).
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberian pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep IPA
dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan
kekuasaan Pencipta-Nya.
5
|
B.
Kolaborasi Model Inkuiri
dengan Teknik Snowball Throwing
1.
Model Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri
merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan informasi atau pengetahuan dengan bantuan guru atau tanpa
bantuan guru. Pembelajaran inkuiri membuat siswa untuk bisa mencari dan
menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan di
analisis dengan baik. Sehubungan dengan hal itu, Sanjaya (2007: 194)
mengemukakan bahwa model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Model pembelajaran inkuiri akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi
untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain inkuiri adalah model kerja kelompok
yang meminta siswa aktif dalam menemukan suatu konsep
ataupun sebuah rumus, berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompoknya, saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab (Kurniawan, 2013).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
inkuiri adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menuntut siswa
untuk mampu mencari dan menemukan sendiri jawaban atas masalah yang
dipertanyakan melalu penyelidikan. Model ini mengandung respon dari semua orang
di dalam kelas dan menempatkan semua siswa ke dalam peran-peran yang aktif
secara kognitif.
6
|
Model pembelajaran inkuiri ini memang sangat bagus dikembangkan dalam
proses belajar mengejar. Model pembelajaran ini tidak hanya mengedepankan
perkembangan intelektual siswa tetapi juga perkembangan emosional dalam memecahkan
masalah. Dengan model ini, siswa akan lebih memahami masalah yang diberikan.
Hal ini dikarenakan siswa mencari semua data dan menyimpulkannya sendiri. Guru
harus berperan aktif dalam diskusi pada akhir pembelajaran. Membenarkan suatu
hal yang salah dari yang disimpulkan oleh siswa.
2.
Teknik Snowball Throwing
Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan
dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah (1) guru
menyampaikan materi (2) guru membentuk kelompok kecil (3) guru memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk mendengarkn penjelasan materi lebih lanjut
(4) ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi
yang disampaikan guru ke temannya (5) setiap siswa diminta menuliskan satu
pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan (6) kertas tersebut dibuat
seperti bola, kemudian dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan
sebuah lagu. Saat iringan lagu selesai, siswa yang mendapat bola (mendapat
pertanyaaan) diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3.
Langkah-langkah
Pembelajaran Model Kolaborasi Inkuiri dan Snowball Throwing
Secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran kolaborasi model Inkuiri
dan teknik Snowball Throwing adalah sebagai berikut.
Kegiatan
|
Aktivitas
|
|
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil (Langkah ke-2 Snowball Throwing)
|
|
|
1.
Menyampaikan
apersepsi
2.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
3.
Guru merangsang
dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan, teka –teki, atau permainan. (Orientasi)
|
|
2.
Inti
|
1.
2.
Masing-masing
perwakilan kelompok maju, mengambil alat peraga yang dibutuhkan, dan
mengemukakan apa yang akan mereka lakukan (Langkah ke-3 Snowball Throwing)
3.
Perwakilan
kelompok menyampaikan beberapa hal yang akan dibuktikan dengan alat peraga yang telah diambil (Langkah
ke-4 Snowball Throwing)
4.
Siswa diminta
menjawab soal terlebih dahulu yang ada di dalam LKS sebelum melakukan
praktek. (Merumuskan hipotes)
5.
Guru mengajukan
bebrapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir untuk mencari
informasi yang dibutuhkan (Mengumpulkan
Data)
6.
Siswa memulai
prakteknya dan Guru memantau jalannya praktek (Menguji Hipotesis)
7.
Siswa diminta
menarik kesimpulan dari praktek yang telah dilakukan, dan menuliskannya
dikolom kesimpulan (Menarik Kesimpulan)
8.
Guru memberikan
pembenaran terhadap kesimpulan siswa yang dianggap keliru
9.
Guna
memantapkan pemahaman siswa, Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan
tentang materi yang dipelajari (Langkah ke-5 Snowball Throwing)
10. Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk
seperti bola
11. Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa
dengan iringan lagu (Langkah ke-6 Snowball
Throwing)
12. Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus
menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
13. Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat
|
|
|
14. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang
dipelajari
15. Memberikan siswa latihan soal mandiri
|
|
3. Penutup
|
1.
Memberikan
penghargaan kepada siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama. Arah dan tujuan penelitian tindakan ini yaitu demi
kepentingan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan, (Arikunto, 2004)
B.
Subyek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri 167 Rejang Lebong, subyek dari penelitian ini
adalah siswa kelas IV yang jumlah siswanya 13 orang yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 9
orang siswa perempuan.
C.
Prosedur
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang yang menurut Arikunto (2006) mencakup empat
langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Perencanaan
|
SIKLUS
I
|
Pengamatan
|
Pelaksanaan
|
Pelaksanaan
|
Refleksi
|
Refleksi
|
Pengamatan
|
SIKLUS
II
|
Perencanaan
|
SIKLUS III
|
Siklus I
Ada pun
tahap-tahap yang akan dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Perencanaan
9
|
2.
Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan yakni langkah-langkah
pembelajaran IPA menggunakan
kolaborasi model Inkuiri dengan
Teknik
Snowball Throwing
3.
Tahap
Pengamatan
Kegiatan
pengamatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Aktivitas
guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru 13 aspek dan siswa 13 aspek yang diamati.
4.
Tahap
Refleksi
Tahapan kegiatan ini adalah mengkaji dan memproses hasil data yang
didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil data tersebut berupa
penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan hasil tes. Hasil
analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi dan hasil
refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
Siklus II
1.
Tahap
Perencanaan
Siklus
II ini merupakan tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada
siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) analisis kurikulum, (b) menyusun silabus, (c) menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA
kolaborasi
model Inkuiri
dengan Teknik Snowball Throwing, (d) membuat alat peraga (e) menyusun lembar pengamatan
guru beserta indikatornya, (f)
menyusun lembar pengamatan
siswa beserta indikatornya, (g) menyusun lembar tes.
2.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan dan
diperbaiki (hasil refleksi siklus 1).
3.
Tahap
Pengamatan
10
|
4.
Tahap
Refleksi
Tahapan ini kegiatannya adalah mengkaji
dan memproses hasil data yang didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil
data tersebut berupa penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan
hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan
refleksi dan hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
pembelajaran siklus selanjutnya,
apabila belum tercapai keberhasilan pada siklus II ini.
D.
Instrumen
penelitian
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar non tes dan lembar tes yang meliputi lembar pengamatan
guru, lembar pengamatan siswa.
E.
Teknik
pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data meliputi pengamatan langsung, dokumentasi dan tes hasil belajar.
Sedangkan teknik analisis data meliputi lembar
penilaian aktivitas guru, aktivitas siswa
yaitu skor tertinggi untuk tiap butir pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah
adalah 1 (kurang)
F.
Data Hasil Tes
Untuk menghitung hasil
belajar menggunakan rumus sebagai berikut:
a.
Nilai rata-rata
Keterangan
N = jumlah siswa (Sudjana, 2009: 109)
b.
Ketuntasan belajar klasikal
KB =
x 100 %
Keterangan
KB= ketuntasan belajar
klasikal
NS= jumlah siswa yang
mendapat nilai lebih dari 70
N= jumlah siswa
11
|
G.
Indikator Keberhasilan
Tindakan
Indikator keberhasilan
aktivitas pembelajaran model kolaborasi inkuiri dengan teknik Snowball Throwing yaitu:
1.
Aktivitas Guru
Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Guru
No.
|
Interval
|
Kategori
|
1
|
13 – 21
|
Kurang
|
2
|
22 – 30
|
Cukup
|
3
|
31– 39
|
Baik
|
2.
Aktivitas Siswa
Tabel 3.2. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Siswa
No.
|
Interval
|
Kategori
|
1
|
13 – 21
|
Kurang
|
2
|
22 – 30
|
Cukup
|
3
|
31– 39
|
Baik
|
3.
Hasil Belajar Pendidikan IPA model kolaborasi inkuiri dengan
teknik Snowball Throwing
a.
Ranah kognitif
Jika nilai
rata-rata kelas minimal 7,0.
Jika ketuntasan
belajar klasikal tercapai 85% dan
meningkat setiap siklus. (Depdiknas, 2006)
12
|
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
JADWAL
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
TAHUN
2017
No.
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||||||||||||||
Agustus
|
September
|
Oktober
|
||||||||||||||
Minggu Ke
|
||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Persiapan
|
|
8
|
15
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Prasiklus
|
|
|
|
22
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siklus 1
|
|
|
|
|
29
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siklus 2
|
|
|
|
|
|
|
12
|
19
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tes Akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
26
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengolahan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
10
|
|
|
|
5.
|
Pelaporan Hasil Akhir dan Revisi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
17
|
24
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1998. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi.
2004. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Budi, Kurniawan. 2013. Model Pembelajaran Inkuiri. Diunduh dari
http://kurniawanbudi04.wordpress.com
pada Tanggal 6 Agustus 2016
Depdiknas. 2003.
Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Jakarta: BSNP
Depdiknas.
2004. Pedoman
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: BSNP
Depdiknas Suyitno. 2002. Pembelajaran
IPA. Jakarta:
Depdikbud
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Iskandar.
2001. Pendidikan Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdikbud Dirjen
Dikti P3GSD
Sanjaya, Wina 2007. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: PT Kencana
Sudjana, Nana.
2009. Penilaian Hasil Proses Belajar
mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sulistyorini, Sri. 2007.
Model Pembelajaran
IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam
KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana
Zaini, Hisyam. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
CTSD Edisi Revisi
2007
Komentar
Posting Komentar