PENERAPAN MODEL INKUIRI BERBANTUAN MEDIA MONIKA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PENERAPAN
MODEL INKUIRI BERBANTUAN MEDIA MONIKA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS
DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI
KELAS VI SD NEGERI 167 REJANG
LEBONG
Dewina Cahya Ningsih
Abstrak: permasalahan dalam penelitian
ini adalah rendahnya aktifitas dan hasil belajar matematika. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran dan hasil
belajar Matematika
melalui model Inkuiri berbantuan media MONIKA.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4
tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Instrumen penelitian yang
digunakan terdiri dari lembar tes dan non
tes. Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi dan
tes hasil belajar. Data tes dianalisis berbantuan rata-rata
nilai dan persentase ketuntasan belajar klasikal.
Teknik analisa
data meliputi lembar penilaian aktivitas guru dan aktivitas siswa
dengan skor tertinggi untuk
tiap butir pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah adalah 1 (kurang). Analisis data menunjukkan bahwa Penerapan model Inkuiri berbantuan media MONIKA mampu
meningkatkan aktifitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa kelas VI SD Negeri 167 Rejang
Lebong.
Kata
kunci: Inkuiri, MONIKA, aktifitas pembelajaran,
hasil belajar.
Abstract: The problem in this research
contents is about the low of learning activity and study result of mathematic.
The purpose of this research is to enhance the student’s learning activity and
study result by inquiri model with MONIKA in
in SDN 167
Rejang Lebong. The kind of this research is classroom action research which was
conducted in two cycles. Every cycle have
4 step is planing, implementation, observation, reflection. The research
instrument that had been used test and
non test. Technic collecting data used
documentation and test of study result. The analise data by average value and
percentation of classical study result. Technic analise by teacher activity
sheet and student activity sheet with scorring 3 for good category and 1 for
less category. Based on the result, the
implementation inquiry model with MONIKA can increase learning activity and
study result in
in SDN 167
Rejang Lebong.


Key Word: Inquiri,
MONIKA,
learning activity,
study result.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan
bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan, sehingga mata
pelajaran Matematika sering disebut ratunya ilmu. Bagi siswa SD,
Matematika berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, mengembangkan daya
berfikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan untuk mempelajari
imu-ilmu yang lain (Karso, 2004: 15).
Selama ini terbentuk
kesan umum bahwa Matematika merupakan bidang ilmu yang sulit dan kerap sekali
ditakuti peserta didik dan nyatanya benar, terbukti bahwa banyak sekali siswa
yang tidak menyukainya. Padahal, unsur-unsur matematika itu selalu menyertai kita
dalam kehidupan sehari-hari. Bisa jadi, hal ini disebabkan oleh pengkondisian
kelas yang kurang, cara penyampaian yang monoton, dan penggunaan metode yang
tidak tepat, sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak terealisasi.
Aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung
sangat berdampak pada hasil belajar. Kondisi pembelajaran yang
menyenangkan dapat memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi dalam dirinya
sehingga mendapat pembelajaran yang berharga baik dari segi pengetahuan, nilai
maupun psikomotorik.
Hasil belajar yang
dicapai siswa menurut Sudjana (1990: 56), melalui proses belajar mengajar yang
optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut; (1) Kepuasaan dan
kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinstik pada diri siswa. Artinya
siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih
keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai. (2) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk prilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
(3) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komperhensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah efektif (sikap) dan
ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku. (4) Kemampuan siswa mengontrol
atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses usaha belajarnya.
Pada pembelajaran
Matematika, hal pertama yang dilakukan agar siswa memahami materi yang
disajikan, perlu adanya langkah-langkah seperti penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep atau pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang
bertujuan agar siswa lebih memahami konsep Matematika (Heruman, 2012: 2). Guru
dituntut harus menguasai teknik-teknik penyajian. Dengan begitu aktifitas dan
hasil belajar yang baik dapat terwujud.
Pembelajaran Inkuiri
hadir sebagai model pembelajaran yang dipandang mampu
menanamkan konsep dasar matematika. Karena dengan Inkuiri, siswa didorong aktif
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa
menemukan konsep/prinsip untuk diri mereka sendiri. Hal ini serupa dengan pendapat
Sanjaya (2007: 194) yang mengemukakan bahwa model Inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang penekanannya pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Agar suasana pembelajaran
di kelas terasa lebih hidup dan pemahaman akan konsep dasar yang diajarkan
lebih mantap, maka penerapan model Inkuiri ini dapat dibantu dengan penggunaan media.
MONIKA adalah singkatan
dari Monopoli Matematika yakni media Matematika
yang diciptakan sendiri
dari kertas warna-warni, lem, karton padi, dan dadu yang di atasnya berisi
soal-soal terkait materi yang diajarkan.
TEORI DASAR
A. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman akan konsep dasar menjadi
titik acu atau hal yang sangat penting dikuasai oleh siswa selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu sebelum membahas tentang pengertian pemahaman
konsep terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian pemahaman. Menurut Benyamin,
(dalam Yolis U. Domili) menyatakan bahwa pemahaman (Comprehension)
adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya. Sedangkan konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek. Selanjutnya dipertegas oleh Sumiati
dan Asra (2009: 56) bahwa konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal
berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menemukan, menjelaskan, dan
menafsirkan konsep-konsep berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri bukan
sekedar menghapal.
B. Model Pembelajaran Inkuiri
Model Inkuiri merupakan model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi atau pengetahuan dengan bantuan guru atau tanpa bantuan guru.
Pembelajaran inkuiri membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu
masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan di analisis dengan baik.
Sehubungan dengan hal itu, Sanjaya (2007: 194) mengemukakan bahwa model inkuiri
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan.
Model pembelajaran Inkuiri
akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan
kata lain inkuiri adalah model kerja kelompok yang meminta siswa aktif
dalam menemukan suatu konsep ataupun sebuah rumus, berdiskusi dan
bekerjasama dalam
kelompoknya, saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
(Kurniawan, 2013).
Model Inkuiri terdiri dari beberapa
langkah; (1) guru memberikan rangsangan kepada siswa dengan pertanyaan,
masalah, teka-teki, dan permainan. (2) merumuskan masalah dari persoalan yang
diberikan guru. (3) siswa diminta untuk membuat hipotesis dari permasalahan tersebut. (4) mengumpulkan
data. (5) menguji hipotesis, dalam tahap ini siswa menyesuaikan antara data
yang diperoleh dengan hipotesis yang sudah dirumuskan. Sesuai atau tidak,
sehingga siswa akan menghasilkan kesimpulan yang tidak hanya melalui
argumentasi saja tetapi sudah diuji dengan data yang valid. (6) menarik
kesimpulan dan mempertanggungjawabkan hasil yang sudah di peroleh.
Model pembelajaran ini tidak hanya
mengedepankan perkembangan intelektual siswa tetapi juga perkembangan emosional
dalam memecahkan masalah. Melalui model
ini, siswa akan lebih memahami masalah yang diberikan. Hal ini dikarenakan
siswa mencari semua data dan menyimpulkannya sendiri. Pada akhir pembelajaran
guru berperan dalam membenarkan suatu hal yang salah dari yang disimpulkan oleh
siswa.
C. Media pembelajaran MONIKA
Media
pembelajaran merupakan seperangkat alat yang disusun atau dihimpun guna
membantu siswa menemukan konsep pembelajaran yang akan dipelajari. Dengan
bantuan media pembelajaran, diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan serta melatih anak untuk terbiasa mengerjakan soal-soal yang
terkait.
Serupa dengan
hal di atas, Desi (2014) menyatakan bahwa media pembelajaran berupa media
adalah perantara dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk menanamkan
sebuah konsep sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Lebih lanjut,
penggunaan media juga dikemukakan oleh (Sutrisno & Nurul, 2014; Etyn, 2014;
Sunoko dkk, 2012)
Dalam pembuatan alat peraga
MONIKA diperlukan alat dan bahan yakni gunting, carter, penggaris, karton padi,
karton putih, kertas origami, double tip, lem kertas, dadu, uang mainan, gabus,
dan pion.
Langkah-langkah pembuatan MONIKA yakni.
1. Membuat
desain gambar monopoli sesuai rencana (18 kotak dengan sisi sama panjang
masing-masing 8 cm)
2. Potong
karton padi sesuai ukuran yang diinginkan
3. Potong
kertas warna menjadi bentuk persegi dengan panjang sisi 8 cm
4. Tempelkan
kertas warna di atas karton padi yang sudah digunting (karena di dalam monopoli
terdapat kartu kesempatan dan dana umum maka aturan penggunaan kertas warnanya
tidak sembarangan, misal kartu kesempatan berwarna merah dan kartu dana umum
berwarna hijau dan kotak yang lain berisi soal-soal tekait operasi hitung
bilangan bulat serta elemen-elemen lainnya seperti Start, Free Parking, Go To Jail, yang di letakkan di setiap sudut
bagian monopoli matika.
5. Potong
gabus dengan bentuk yang sama seperti bentuk pada karton padi
6. Tempelkan
MONIKA yang telah jadi di atas gabus menggunakan lem kertas
7. Pasang
list pada setiap kotak. List yang dimaksud adalah pertanyaan serta hadiah yang
didapat jika pemain mampu menjawab soal yang tertera di MONIKA
8. Terakhir,
yaitu pengecekkan kembali apakah MONIKA yang sudah dibuat siap untuk digunakan.
Cara penggunaan MONIKA
yakni.
1. Sebelum
bermain, setiap pemain mendapat uang dari BANK dengan rincian sebagai
berikut: Rp 100.000 @ 1lembar, Rp 50.000 @ 1 lembar, Rp 10.000 @ 1 lembar,
Rp 5.000 @ 1lembar, Rp 1.000 @ 1 lembar
2. Permainan
dimulai dengan melemparkan dadu. Apabila seorang pemain memperoleh angka dadu
tertinggi dari lawannya, maka ia berhak memulai permainan.
3. Pemain harus menjawab
pertanyaan tiap kali poin mendarat disalah satu kolom. Jika pemain bisa
menjawab pertanyaan dari banker, maka
pemain berhak membeli atau tidak kolom tersebut
4. Jika pemain
berhenti dikolom milik pemain lain,maka pemain tersebut akan mendapat pertanyaan
dari pemilik tanah. bila pemain bisa menjawab pertanyaan maka ia berhak
melempar dadu. Namun ia tidak dapat menjawab maka ia harus membayar sewa tanah
secara utuh.
5. Bagi para pemain
yang berhenti diwilayah penjara, harus membayar denda sebesar Rp 50.000
6.Jika pemain
berhenti pada kolom free question,
maka pemain bebas dari pertanyaan
7.Jika pemain
berhenti pada wilayah chance dan community chance, pemain wajib
mengambil satu buah kartu yang telah tersedia
8. Permainan
akan selesai apabila hanya tersisa satu orang pemain yang mempunyai banyak
harta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research),
yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Arah dan tujuan penelitian
tindakan ini yaitu demi kepentingan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang
memuaskan, (Arikunto, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 167 Rejang
Lebong, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 16
orang, terdiri dari 9 siswa perempuan.dan 7 orang siswa laki-laki
Penelitian ini dilaksanakan dalam
bentuk siklus berulang-ulang yang menurut Arikunto (2011) mencakup empat langkah yaitu Perencanaan; Pelaksanaan tindakan; Pengamatan; dan Refleksi. Proses
perencanaan Siklus I dengan mempersiapkan buku pelajaran, perlengkapan dan
bahan untuk membuat MONIKA, menyiapkan lembar evaluasi, menentukan observer dan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok.Tindakan pengamatan dilakukan secara
bersamaan dengan bantuan teman sejawat (kolaborasi). Pengamatan dilakukan dengan
alat bantu yakni lembar observasi Aspek yang diamati antara lain kegiatan awal
yang meliputi apersepsi, pemberian motivasi belajar, menjelaskan tujuan
pembelajaran. Kegiatan inti diantaranya; (1) pertama guru menjelaskan topik,
tujuan dan hasil belajar yang diharapkan. (2) guru mengajak siswa untuk
mengemukakan suatu pokok yang akan dijadikan suatu permasalahn yang hendak
dikaji. Kemudian siswa bersaman-sama merumuskan hipotesis atau masalah yang
relevan sesuai dengan pokok permasalahan (3) guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok dan mengingatkan kembali pada siswa tentang materi pada kelas
sebelumnya bahwa volume prisma bergantung pada bentuk alasnya. Jika alas prisma
berbentuk segitiga, volume prisma segitiga adalah (
alas x tinggi) x tinggi. Hal tersebut berlaku pada prisma
segiempat, segilima, dan seterusnya hingga prisma segi-n. Kemudian
barulah memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mengumpulkan informasi
atau data yang ada hubungannya dengan bangun limas dan mengkaji hasil
pengelolahan data yang terkumpul. (4) guru meminta siswa untuk menganalisis
data berdasarkan hasil penemuan dan pemahaman konsep yang didapat. Kemudian
siswa menghubungkannya dengan penanaman konsep yang telah diberikan guru
sebelumnya. Dari hasil menakar, siswa mengetahui prisma bisa terisi penuh
dengan 3 kali takar dari limas. Dengan kata lain, volume prisma sama dengan 3
kali volume limas. Dapat diformulasikan sebagai berikut:

Volume Prisma = 3 x Volume Limas
Volume Limas =
x Volume Prisma

Telah
diketahui bahwa Volume Prisma = La x t maka,
Volume Limas =
x luas alas × tinggi (dengan catatan luas alas bergantung pada bentuk alas)

Kegiatan akhir pembelajaran meliputi;
(1) guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan sesuai dengan hasil yang
diperoleh. (2) untuk memahami lebih lanjut akan volume limas, guru menyuruh
setiap kelompok mengerjakan berbagai latihan soal yang terdapat dalam media
MONIKA dengan cara memainkannya. (3) guru melakukan evaluasi agar tidak terjadi
multitafsir dalam menentukan rumus volume limas.
Kegiatan refleksi siklus I dilakukan
setelah proses pengolahan data, baik data yang diperoleh dari pengamatan maupun
post test setiap siklusnya. Hasil refleksi ini dijadikan pedoman untuk
penyusunan rancangan bagi pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Instrumen
penelitian yang digunakan yakni lembar
non tes dan lembar tes yang meliputi lembar pengamatan
guru, lembar pengamatan siswa. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan
langsung, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Sedangkan teknik analisis data
meliputi lembar penilaian aktivitas guru, lembar penilaian aktivitas siswa dengan skor tertinggi untuk
tiap butir pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah untuk tiap butir
pengamatan adalah 1 (kurang) dan data hasil
tes diolah menggunakan rumus nilai rata-rata dan
ketuntasan belajar klasikal.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemerolehan
data dari
pengamatan yang dilakukan oleh observer baik siklus 1 maupun siklus II dalam penelitian ini
dituangkan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1 Rekapitulasi Data
Pengamatan Aktivitas Guru & Siswa pada Siklus I & II
No
|
Pengamat
|
Siklus 1
|
Siklus II
|
||
AG
|
AS
|
AG
|
AS
|
||
1.
|
I
|
31
|
30
|
37
|
34
|
2.
|
II
|
30
|
31
|
36
|
35
|
Total
skor
|
61
|
61
|
73
|
69
|
|
Rata-rata
skor
|
30,5
|
30,5
|
36,5
|
34,5
|
|
Kriteria
|
Cukup
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Dari tabel 1 di atas,
terlihat terjadi peningkatan aktifitas guru dan siswa di setiap siklusnya.
Aktifitas guru pada siklus 1 meningkat dari skor 30,5 dengan kriteria
cukup menjadi 36,5 pada siklus II dengan
kriteria baik. Hal serupa juga terjadi pada aktifitas siswa, skor pada siklus 1
yakni 30,5 dengan kriteria cukup kemudian meningkat menjadi 34,5 pada siklus II
dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
menjadi lebih baik.
Tabel
2
Analisis
Hasil Tes Siklus I & II
Konten
|
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus II
|
Jumlah seluruh siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
Jumlah
siswa yang mengikuti tes
|
16
siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong tuntas
|
9
siswa
|
12
siswa
|
14
siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong belum tuntas
|
7 siswa
|
4
siswa
|
2
siswa
|
Nilai
rata-rata
|
59,7
|
71,2
|
78,2
|
Persentase
ketuntasan belajar
|
64,3%
|
75%
|
81,8%
|
Ada beberapa hal pada siklus I yang
perlu diperbaiki pada siklus ke II. Kekurangan-kekurangan yang ditemui pada
siklus I antara lain (1) Beberapa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan
pada saat guru memberikan tugas (2) Kurangnya pemberian penguatan (3) kurang
memberikan bimbingan kepada kelompok yang menemui kesulitan dalam menemukan
konsep matematika yang sedang dipelajari, (4) Guru tidak menginformasikan
langkah kerja secara jelas sehingga dalam pelaksanaan diskusi kelompok masih
ada kelompok yang yang tidak paham dengan apa yang harus dikerjakan. Kemudian
pembelajaran pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I,
pada siklus II ini kekurangan-kekurangan pada siklus I diperbaiki, sehingga
hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa
ketuntasan hasil belajar secara individu meningkat dari sebelumnya 9 orang
menjadi 12 orang pada siklus I kemudian menjadi 14 orang pada siklus II.
Rata-rata kelas pun meningkat dari 59,7 pada tahap pra siklus menjadi 71,2 pada
siklus I dan meningkat lagi menjadi 78,2 pada siklus II, dengan persentase
ketuntasan belajar dari 64,3% menjadi 75% pada siklus 1, kemudian meningkat
menjadi 81,8% pada siklus II. Berikut disajikan diagram data hasil pengamatan
keseluruhan.
Diagram 1 Peningkatan Aktivitas Guru, Siswa & Hasil Tes
pada Siklus 1 & II

Refleksi, pada tahap ini ada
beberapa hal yang harus diperbaiki
di aspek kognitif pada
siklus I
yaitu lebih intensif lagi membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses penemuan
sebuah konsep Matematika
sehingga hasil belajar
pada siklus II meningkat dan bisa dikatakan berhasil. Sedangkan dari aspek
pengamatan ada 2 aspek yang harus diperbaiki, dari siklus I dan II yakni cara meningkatkan
kepercayaan diri siswa dan keberanian siswa dalam bertanya untuk pemecahan
masalah dan menarik kesimpulan.
SIMPULAN
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa Penerapan
model Inkuiri berbantuan media MONIKA dapat
meningkatkan aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
guru pada siklus 1 yang memperoleh rata-rata 30,5
dengan kriteria cukup, meningkat menjadi 36,5 pada siklus II dengan kriteria
baik. Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas siswa. skor pada siklus 1 yakni 30,5
dengan kriteria cukup kemudian meningkat menjadi 34,5 pada siklus II dengan
kriteria baik. Hasil
belajar siswa pada aspek kognitif juga mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas dari 59,7
pada tahap pra siklus menjadi 71,2 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi
78,2 pada siklus II, dengan persentase ketuntasan belajar dari 64,3% menjadi
75% pada siklus 1, kemudian meningkat menjadi 81,8% pada siklus II.
SARAN
Terkait
dengan penerapan model Inkuiri
berbantuan media MONIKA, penulis memiliki beberapa saran yaitu. (1) guru sebaiknya jelas
dalam menyampaikan tahapan pembelajaran model Inkuiri berbantuan media MONIKA agar
siswa tidak bingung terhadap hal-hal yang harus dikerjakannya. (2) guru juga harus
memperhatikan alokasi waktu dalam menerapkan model ini, sehingga
tahapan-tahapan yang telah di tentukan selama proses pembelajaran tidak ada
yang terlewatkan. (3) persiapkan
perlengkapan media MONIKA dengan matang. Mulai dari persiapan soalnya hingga
penjelasan tata cara permainan dengan detail
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media
Depdiknas. 2004. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Jakarta:
BSNP
Domili,
Yolis U. Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun
Ruang Melalui Metode Penemuan pada Siswa Kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan (http://kim.ung.ac.id)
diakses 4 Januari 2017
Heruman.
2012. Model Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya
Karso.
2004. Pendidikan Matematika 1.
Jakarta: Universitas Terbuka
Kurniawan.
2013. Model
Pembelajaran Think Pair Share (TPS), diunduh
dari
http://kurniawansahaja.blogspot.com
pada Tanggal 6 Agustus 2017
Nurhayati, Etyn. 2014. Penggunaan Media Gambar Seri dalam
Pembelajaran Menulis Kelas IV SD YPKP 1 Sentani Kab. Jayapura Papua. J. TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Halaman 82.
Rusnita, Desi. 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang
Faktor Bilangan dan FPB Melalui Media Kertas di kelas IVB SDN 08 Kepahiang
Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian
Tindakan Kelas
Sumiati & Asra. 2009. Metode
Pembelajaran Pendekatan Individual. Bandung. Rancaekek Kencana
Sunoko, dkk. 2012. Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui
Pemanfaatan Media Iklan Siswa Kelas V SDN Baureno Kab. Bojonegoro. J. TEQIP, Tahun III, Nomor 1, Halaman 23.
Sutrisno & Hidayah, Nurul. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Opersi Hitung Campuran Bilangan Berpangkat Tiga dengan Media
Pembelajaran Molikur-13 di kelas VI SDN 010 Malinau Kota. J. TEQIP, Tahun V, Nomor 2, Halaman 226.
Sanjaya, Wina 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: PT Kencana
Sudjana.1990. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar, diakses online
di: WWW.fitriandianieikanrog.wordpres.com
pada tanggal 24 maret 2017
)
Komentar
Posting Komentar