PENGGUNAAN MEDIA MONIKA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS & HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VI SDN 167 REJANG LEBONG
PENGGUNAAN MEDIA
MONIKA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS & HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KELAS VI SDN 167 REJANG LEBONG
Dewina Cahya Ningsih
SDN 167 Rejang
Lebong, Bengkulu
Abstrak: permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktifitas dan hasil
belajar matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran
dan hasil
belajar Matematika
melalui media MONIKA.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4
tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Instrumen penelitian yang
digunakan terdiri dari lembar tes dan non tes. Teknik pengumpulan data meliputi
dokumentasi dan
tes hasil belajar. Data tes dianalisis rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar
klasikal.
Teknik analisa
data meliputi lembar
penilaian aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan skor tertinggi untuk
tiap butir pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah adalah 1 (kurang). Analisis data menunjukkan
bahwa media MONIKA
mampu
meningkatkan aktifitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 167
Rejang Lebong.
Kata
kunci: MONIKA, aktifitas pembelajaran, hasil belajar.
Abstract: The problem in this research contents is about the low of learning
activity and study result of mathematic. The purpose of this research is to
enhance the student’s learning activity and study result by MONIKA in
in SDN 167 Rejang Lebong. The kind of this
research is classroom action research which was conducted in two cycles. Every
cycle have 4 step is planing,
implementation, observation, reflection. The research instrument that had been used test and non test. Technic collecting data used documentation and
test of study result. The analise data by average value and percentation of
classical study result. Technic analise by teacher activity sheet and student
activity sheet with scorring 3 for good category and 1 for less category. Based
on the result, the implementation MONIKA
can increase learning activity and study result in
in SDN 167 Rejang Lebong.


Key Word: MONIKA, learning activity, study result.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan bidang studi yang memiliki
peranan penting dalam pendidikan, sehingga mata pelajaran Matematika sering
disebut ratunya ilmu. Bagi
siswa SD, Matematika berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya,
mengembangkan daya berfikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan
untuk mempelajari imu-ilmu yang lain (Karso, 2004: 15).
Selama ini terbentuk kesan umum bahwa Matematika
merupakan bidang ilmu yang sulit dan kerap sekali ditakuti peserta didik dan
nyatanya benar, terbukti bahwa banyak sekali siswa yang tidak menyukainya.
Padahal, unsur-unsur matematika itu selalu menyertai kita dalam kehidupan
sehari-hari. Bisa jadi, hal ini disebabkan oleh pengkondisian kelas yang
kurang, cara penyampaian yang monoton, dan penggunaan metode yang tidak tepat, sehingga
tujuan yang ingin dicapai tidak terealisasi.
Pada pembelajaran
Matematika, hal pertama yang dilakukan agar siswa memahami materi yang
disajikan adalah penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep atau pembelajaran
lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep
Matematika (Heruman, 2007: 2). Pemahaman (Comprehension) adalah
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya. Sedangkan konsep
diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan objek (Domili, 2017). Selanjutnya dipertegas oleh Sumiati dan Asra
(2009: 56) bahwa konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan
ciri-ciri yang sama.
Menurut Piaget,
anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret. Mereka belajar
mengenal dunianya melalui benda-benda yang nyata/konkret, yakni segala sesuatu
yang dapat dilihat, diraba, didengar, dikotak-katik, dengan titik penekanan
pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar (Sunardi, 2017: 9)
Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang
alami, sehingga lebih nyata, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan dan salah satu media yang memaksimalkan pemanfaatan
lingkungan adalah media Monopoli Matematika
Media adalah
perantara dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk menanamkan sebuah
konsep sehingga tercapainya tujuan pembelajaran (Desi, 2014). Lebih lanjut,
penggunaan media juga dikemukakan oleh (Sutrisno & Nurul, 2014; Etyn, 2014;
Sunoko dkk, 2012).
Monopoli
Matematika yang selanjutnya akan disingkat MONIKA yakni media Matematika yang diciptakan sendiri dari kertas warna-warni, lem, karton padi, yang
dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk segi empat besar dengan kolom-kolom
persegi kecil yang di atasnya berisi soal-soal yang harus dipecahkan siswa.
Permainan ini dapat dimainkan 2 atau 4 orang sekaligus dengan aturan yang sama
atau disesuaikan seperti saat memainkan permainan monopoli.
Langkah-langkah pembuatan MONIKA
yakni, (1) membuat desain
gambar monopoli sesuai rencana, (2) potong karton padi sesuai ukuran yang diinginkan, (3) potong kertas warna menjadi bentuk persegi dengan
panjang sisi 8 cm, (4) potong gabus
dengan bentuk yang sama seperti bentuk pada karton padi, (5) tempelkan kertas warna di atas karton padi yang sudah
digunting (karena di dalam monopoli terdapat kartu kesempatan dan dana umum
maka aturan penggunaan kertas warnanya tidak sembarangan, misal kartu kesempatan berwarna hijau dan kartu
dana umum berwarna biru dan kotak yang lain berisi soal-soal tekait serta elemen-elemen lainnya seperti Start, Free Parking, Go To Jail, yang di
letakkan di setiap sudut bagian monopoli matika, (6) pasang list pada setiap kotak. List yang dimaksud adalah pertanyaan serta
hadiah yang didapat jika pemain mampu menjawab soal yang tertera di MONIKA
Gambar 1. Tampilan MONIKA yang diciptakan

Cara
penggunaan MONIKA yakni.
1. Sebelum bermain, setiap pemain mendapat
uang dari BANK dengan rincian sebagai
berikut:
Rp 100.000 @ 1lembar, Rp 50.000 @ 1 lembar, Rp 10.000 @ 1 lembar, Rp 5.000 @ 1 lembar, Rp 1.000 @ 1 lembar
2. Permainan dimulai dengan melemparkan
dadu. Apabila seorang pemain memperoleh angka dadu tertinggi dari lawannya,
maka ia berhak memulai permainan.
3. Pemain harus menjawab pertanyaan tiap kali poin
mendarat disalah satu kolom. Jika pemain bisa menjawab pertanyaan dari banker, maka pemain berhak membeli atau
tidak kolom tersebut
4. Jika pemain berhenti dikolom milik pemain lain,maka
pemain tersebut akan mendapat pertanyaan dari pemilik tanah. bila pemain bisa
menjawab pertanyaan maka ia berhak melempar dadu. Namun ia tidak dapat menjawab
maka ia harus membayar sewa tanah secara utuh.
5. Bagi para pemain yang berhenti diwilayah penjara,
harus membayar denda sebesar Rp 50.000
6. Jika pemain berhenti pada kolom free question, maka pemain bebas dari
pertanyaan
7. Jika pemain berhenti pada wilayah chance dan community chance, pemain wajib mengambil satu buah kartu yang
telah tersedia
8. Permainan akan selesai apabila hanya tersisa
satu orang pemain yang mempunyai banyak harta.
Penggunaan media
Monopoli Matematika diharapkan mampu menjadi salah satu solusi dalam pembelajaran
Matematika yang selalu dilekatkan dengan predikat pembelajaran yang membosankan
dan menjadi momok yang menakutkan.
Aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung sangat berdampak pada hasil belajar. Aktifitas pembelajaran
yang baik ditandai dengan adanya interaksi multi arah. Aktifitas yang timbul
dari siswa dapat pula menghasilkan perubahan pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Jika hal ini terjadi, maka
suasana kelaspun akan menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. .
Hasil belajar yang baik tidak pernah terlepas dari proses
pembelajaran yang efektif dan kondusif. Pembelajaran yang efektif dan kondusif
dapat diciptakan melalui berbagai cara seperti penerapan model pembelajaran
yang bervariatif, penggunaan media, alat peraga, dan keterlibatan siswa secara
langsung terhadap hal-hal yang dipelajari. Dengan begitu, diharapkan kegiatan
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan hasil belajar akan tuntas.
Menilik dari
kondisi riil di lapangan yang tidak sejalan dengan kondisi ideal yang
diharapkan, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Penggunaan media
MONIKA dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN 167
RL”
Adapun rumusan
masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana pengunaan media MONIKA kelas
VI SDN 167 RL dapat meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa setelah penggunaan
media MONIKA di kelas VI SDN 167 RL.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Arah dan tujuan penelitian tindakan ini yaitu demi kepentingan siswa dalam
memperoleh hasil belajar yang memuaskan, (Arikunto, 2011). Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri 167 Rejang Lebong, subyek dari penelitian ini
adalah siswa kelas VI yang berjumlah 16 orang, terdiri dari 9 siswa perempuan.dan
7 orang siswa laki-laki
Penelitian ini
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang yang menurut Arikunto (2011) mencakup empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Proses perencanaan Siklus I dengan mempersiapkan buku
pelajaran, perlengkapan dan bahan untuk membuat MONIKA, menyiapkan lembar
evaluasi, menentukan observer dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok.Tindakan
pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan bantuan teman sejawat
(kolaborasi). Pengamatan dilakukan dengan alat bantu yakni lembar observasi.
Aspek yang diamati antara lain kegiatan awal yang meliputi apersepsi, pemberian
motivasi belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti diantaranya;
(1) guru menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini. (2) guru
mengkondisikan siswa untuk berkelompok. (3) setiap kelompok memulai praktek
untuk menemukan rumus keliling dan luas lingkaran. (4) siswa diminta menjawab
permasalahan yang terdapat di dalam LDS. (5) siswa diajak bermain MONIKA untuk
mengasah kemampuan mereka dengan menjawab pertanyaan seputar keliling dan luas
lingkaran.
Kegiatan akhir pembelajaran meliputi; (1) guru meminta siswa untuk
membuat kesimpulan sesuai dengan hasil yang diperoleh. (2) untuk memahami lebih
lanjut, siswa diberikan lembar evaluasi dan tindak lanjut berupa PR yang
penyelesaianya dalam bentuk kelompok.
Kegiatan refleksi siklus I
dilakukan setelah proses pengolahan data, baik data yang diperoleh dari
pengamatan maupun post test setiap siklusnya. Hasil refleksi ini dijadikan
pedoman untuk penyusunan rancangan bagi pelaksanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
Instrumen
penelitian yang digunakan yakni lembar
non tes dan lembar tes yang meliputi lembar pengamatan
guru, lembar pengamatan siswa. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan
langsung, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Sedangkan teknik analisis data
meliputi lembar penilaian aktifitas
guru, lembar penilaian aktifitas siswa dengan
skor tertinggi untuk tiap butir pengamatan adalah 3 (baik), skor terendah untuk
tiap butir pengamatan adalah 1 (kurang) dan data hasil tes diolah menggunakan rumus
nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemerolehan data dari pengamatan
yang dilakukan oleh observer baik siklus 1 maupun siklus II dalam penelitian ini
dituangkan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1 Rekapitulasi
Data Pengamatan Aktifitas
Guru (AG) & Siswa (AS) pada Siklus I & II
No
|
Pengamat
|
Siklus 1
|
Siklus II
|
||
AG
|
AS
|
AG
|
AS
|
||
1.
|
I
|
31
|
30
|
37
|
34
|
2.
|
II
|
30
|
31
|
36
|
35
|
Total skor
|
61
|
61
|
73
|
69
|
|
Rata-rata skor
|
30,5
|
30,5
|
36,5
|
34,5
|
|
Kriteria
|
Cukup
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Dari tabel 1 di atas, terlihat
terjadi peningkatan aktifitas guru dan siswa di setiap siklusnya. Aktifitas guru pada siklus 1 meningkat
dari skor 30,5 dengan kriteria cukup
menjadi 36,5 pada siklus II dengan kriteria baik. Aspek
yang termasuk dalam kategori kurang
dan mendapat banyak perhatian pada siklus I di antaranya yakni (1) Pembimbingan siswa dalam melaporkan hasil diskusi. Guru sudah
membimbing siswa dalam membuat laporan hasil diskusi namun guru hanya memberikan bimbingan dengan cara
memberikan arahan secara lisan dan tidak memberikan contoh pembuatan laporan
sehingga terlihat siswa merasa kesulitan. (2)
Kemampuan guru dalam memberikan pemantapan materi kurang menarik
perhatian siswa. (3) Cara
guru dalam meminta siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti,
masih belum tampak.
Hal serupa juga terjadi pada aktifitas siswa, skor pada siklus 1
yakni 30,5 dengan kriteria cukup kemudian meningkat menjadi 34,5 pada siklus II
dengan kriteria baik. Adapun
Aspek yang termasuk dalam kategori kurang pada
siklus I dan perlu perbaikan pada siklus selanjutnya yakni, (1) Kemampuan
siswa menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru belum terlihat
maksimal karena hanya beberapa siswa saja yang aktif menanggapi pertanyaan. Siswa lain
terlihat tidak memperhatikan dan gaduh.
(2) Kemampuan siswa dalam hal berdiskusi dalam kelompoknya
belum terlihat baik hal ini terlihat dari beberapa kelompok ada yang tidak mau
berbagi pakai alat peraga untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS. (3) Kemampuan siswa dalam
menggunakan alat peraga belum tampak maksimal. (4) Kemampuan siswa dalam berbagi
jawaban di depan kelas belum terlihat baik, siswa
terlihat bingung terhadap apa yang harus disampaikan.
Tabel 2 Analisis
Hasil Tes Siklus I & II
Konten
|
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus II
|
Jumlah seluruh siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
Jumlah siswa yang mengikuti tes
|
16
siswa
|
16
siswa
|
16
siswa
|
Jumlah siswa yang tergolong tuntas
|
9
siswa
|
12
siswa
|
14
siswa
|
Jumlah siswa yang tergolong belum tuntas
|
7 siswa
|
4
siswa
|
2
siswa
|
Nilai rata-rata
|
59,7
|
71,2
|
78,2
|
Persentase ketuntasan belajar
|
64,3%
|
75%
|
81,8%
|
Ada
beberapa hal pada siklus I yang perlu diperbaiki pada siklus ke II.
Kekurangan-kekurangan yang ditemui pada siklus I antara lain (1) Beberapa siswa
kurang aktif dalam pembelajaran dan pada saat guru memberikan tugas (2)
Kurangnya pemberian penguatan (3) kurang memberikan bimbingan kepada kelompok
yang menemui kesulitan dalam menemukan konsep matematika yang sedang
dipelajari, (4) Guru tidak menginformasikan langkah kerja secara jelas sehingga
dalam pelaksanaan diskusi kelompok masih ada kelompok yang tidak paham dengan
apa yang harus dikerjakan. Kemudian pembelajaran pada siklus II dilaksanakan
berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada siklus II ini kekurangan-kekurangan
pada siklus I diperbaiki, sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Dari
tabel 2 di atas, terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar secara individu
meningkat dari sebelumnya 9 orang menjadi 12 orang pada siklus I kemudian menjadi
14 orang pada siklus II. Rata-rata kelas pun meningkat dari 59,7 pada tahap pra
siklus menjadi 71,2 pada siklus I dan meningkat
lagi menjadi 78,2 pada siklus II, dengan persentase ketuntasan belajar dari
64,3% menjadi 75% pada siklus 1, kemudian meningkat
menjadi 81,8% pada siklus II. Pembelajaran
dikatakan tuntas secara klasikal apabila 85℅ siswa dikelas mendapat nilai ≥ 7
(Depdiknas, 2006). Berikut disajikan diagram data hasil pengamatan
keseluruhan.
Diagram 1 Peningkatan
Aktivitas Guru, Siswa & Hasil Tes pada Siklus 1 & II

Refleksi,
pada tahap ini ada beberapa hal yang harus diperbaiki di aspek kognitif pada
siklus I yaitu lebih intensif
lagi membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses penemuan sebuah konsep Matematika
sehingga hasil belajar
pada siklus II meningkat dan bisa dikatakan berhasil. Sedangkan dari aspek
pengamatan ada 2 aspek yang harus diperbaiki, dari siklus I dan II yakni cara meningkatkan
kepercayaan diri siswa dan keberanian siswa dalam bertanya untuk pemecahan
masalah dan menarik kesimpulan.
SIMPULAN
Dari
uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media MONIKA dapat meningkatkan aktifitas guru. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan guru pada siklus 1 yang memperoleh
rata-rata 30,5 dengan kriteria cukup, meningkat
menjadi 36,5 pada siklus II dengan kriteria baik. Hal yang sama juga terjadi pada aktifitas
siswa. skor pada siklus 1 yakni 30,5 dengan kriteria cukup kemudian meningkat
menjadi 34,5 pada siklus II dengan kriteria baik. Hasil belajar siswa
pada aspek kognitif juga mengalami
peningkatan dengan rata-rata kelas dari 59,7 pada
tahap pra siklus menjadi 71,2 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 78,2
pada siklus II, dengan persentase ketuntasan belajar dari 64,3% menjadi 75%
pada siklus 1, kemudian meningkat menjadi 81,8% pada siklus II.
SARAN
Terkait dengan media MONIKA, penulis
memiliki beberapa saran yaitu. (1) guru sebaiknya jelas
dalam menyampaikan aturan permainan
MONIKA agar siswa tidak bingung terhadap hal-hal yang harus dikerjakannya, (2) persiapkan lebih banyak lagi soal cadangan sehingga
setiap pion yang kebetulan mendarat ditempat yang sama untuk kesekian kalinya
bisa kebagian soal untuk dijawab, (3) guru juga harus
memperhatikan alokasi waktu dalam menerapkan ini, sehingga tahapan-tahapan
yang telah di tentukan selama proses pembelajaran tidak ada yang terlewatkan, (4)
persiapkan perlengkapan MONIKA dengan matang, mulai
dari persiapan kartu dana umum dan
tanda kepemilikan hotel dan tanah pada permainan monopoli ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan.
Yogyakarta: Aditya Media
Depdiknas.
2006. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: BSNP
Domili, Yolis U. Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bangun Ruang Melalui Metode Penemuan pada Siswa Kelas V SDN 1 Momalia
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
(http://kim.ung.ac.id)
diakses 4 Januari 2017
Heruman.
2007. Pembelajaran Matematika Di
Sekolah Dasar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Karso.
2004. Pendidikan Matematika 1.
Jakarta: Universitas Terbuka
Nurhayati, Etyn.
2014. Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Kelas IV SD YPKP
1 Sentani Kab. Jayapura Papua. J. TEQIP,
Tahun V, Nomor 1, Halaman 82.
Rusnita, Desi. 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Matematika tentang Faktor Bilangan dan FPB Melalui Media Kertas di kelas IVB
SDN 08 Kepahiang Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian Tindakan Kelas
Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran Pendekatan Individual. Bandung. Rancaekek
Kencana
Sunoko, dkk. 2012. Peningkatan Kemampuan Mengemukakan
Pendapat Melalui Pemanfaatan Media Iklan Siswa Kelas V SDN Baureno Kab.
Bojonegoro. J. TEQIP, Tahun III, Nomor 1,
Halaman 23.
Sutrisno & Hidayah, Nurul. 2014. Peningkatan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Opersi Hitung Campuran Bilangan Berpangkat Tiga
dengan Media Pembelajaran Molikur-13 di kelas VI SDN 010 Malinau Kota. J. TEQIP, Tahun V, Nomor 2, Halaman 226.
Sunardi, dkk. 2017.
Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2017 Kompetensi Pedagogik. Jakarta: Dirjen
Guru dan Tenaga Kependidikan
Komentar
Posting Komentar