KOLABORASI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK


PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan bidang studi yang memiliki
peranan penting dalam pendidikan, sehingga mata pelajaran Matematika sering disebut ratunya
ilmu. Alasan mata pelajaran Matematika diberikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yakni
untuk mengembangkan daya berfikir siswa
yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mengembangkan pola
kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Bagi siswa SD, Matematika berguna untuk kepentingan
hidup dalam lingkungannya, mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari
imu-ilmu yang lain (Karso, 2004: 15)
Pernyataan di
atas juga sesuai dengan tujuan pembelajaran Matematika
dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2004 yaitu agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami
konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep tersebut secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan
masalah. Lebih lanjut, menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 4) Matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif. Siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. Guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing
dari pada pemberitahu. Namun, fakta di lapangan mengungkapkan bahwa Matematika
adalah bidang ilmu yang kerap sekali ditakuti peserta didik sehingga tujuan
yang ingin dicapai sering tidak terealisasi.
Agar tujuan Matematika tersebut dapat tercapai, tentunya dibutuhkan suatu proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Di sinilah dituntutnya keahlian seorang
guru dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
|
Permasalahan yang tampak pada
saat proses belajar berlangsung adalah (1) kemampuan menganalisa dan menyelesaikan soal rendah, (2) siswa kurang terampil berpikir dan
cenderung suka mencontoh, (3) siswa belum mampu berfikir kritis dan sistematis.
Akibatnya jika diberikan soal-soal yang agak berbeda sedikit dengan contoh yang
diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikannya. Hal ini disebabkan siswa
belajar hanya dengan mengingat fakta, dan kurang memahami konsep yang
dipelajari. Selanjutnya,
peneliti mengidentifikasikan penyebab rendahnya hasil belajar Matematika
dikarenakan (1) model pembelajaran kurang bervariasi dan tidak menarik,
sehingga siswa mengalami kebosanan dan keterampilan berpikir siswa tidak
berkembang secara maksimal, (2) pemanfaatan lingkungan/alat peraga yang masih
kurang dalam mempermudah proses pembelajaran,
serta (3) suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan hal ini terlihat belum
adanya tepuk tangan ataupun acungan jempol terhadap partisipasi siswa.
Mengatasi
permasalahan di atas, perlu dilakukan pembaharuan dalam penerapan model
pembelajaran yang nantinya mampu mendorong minat serta kemampuan siswa dalam
berpikir. Kolaborasi Model Quantum
Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing dipandang mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Quantum
Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran kolaborasi yang melibatkan
siswa secara aktif baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan TANDUR yang
merupakan singkatan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan (DePorter, 2010: 39) yang dipadukan dengan kegiatan melempar pertanyaan
seperti melempar bola salju (Snowball
Throwing). Model Pembelajaran kolaborasi ini nantinya diharapkan mampu
mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika secara holistik. Model kolaborasi ini juga mengandung respon
dari semua orang di dalam kelas dan menempatkan semua siswa ke dalam peran-peran
yang aktif secara kognitif serta konsep-konsep dan ide-ide dalam Matematika yang sifatnya abstrak itu
dapat dikaji, dipahami dan dicapai oleh penalaran siswa melalui aktivitas
pembelajaran yang menarik, interaktif dan kondusif.
Berangkat dari permasalahan di
atas, maka peneliti tertarik mengambil judul “Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing dalam
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mengenai Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding”
B.
Rumusan
Masalah
|
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04
Padang Ulak Tanding?
2.
Bagaimanakah penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching
dengan Teknik Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi volume kubus dan balok di
kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan
aktivitas pembelajaran
Matematika melalui Kolaborasi Model Quantum
Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri
04 Padang Ulak Tanding.
2.
Meningkatkan
hasil belajar Matematika melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing mengenai materi volume
kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi
Siswa
Melalui Kolaborasi
Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, diharapakan siswa
yang sebagai subyek penelitian dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan
sehingga mampu meningkatkan kreativitas siswa serta mengembangkan cara
belajarnya.
2.
Bagi Guru
Memberikan informasi serta meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing.
3.
Bagi
Sekolah
Melalui penelitian ini, penulis dapat memberikan sumbangan informasi
kepada sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses belajar mengajar, khususnya
pada mata pelajaran Matematika
yang juga berdampak pada meningkatnya kualitas sekolah.
|
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Hakikat
Pembelajaran Matematika
Matematika
sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan
sains dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk
menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematika, dan kritis. Hal ini
sejalan dengan pendapat Muhsetyo (dalam Antari, 2014:19) yang mengemukakan bahwa Matematika memiliki
ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan
logis.
Pendapat yang
sama juga datang dari Karso (2004: 1.4) yakni
manfaat yang menonjol dari Matematika itu sendiri dapat
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis
yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika timbul karena
pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem yang bersifat
untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat
deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Menurut Uno, dkk. (2009:110) hakikat
belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan dalam kehidupan
nyata.
Matematika menurut Ruseffendi
(dalam Heruman, 2007: 4) juga merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif. Siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang diperlukannya. Materi yang disajikan guru bukan dalam bentuk akhir dan
cara penyelesaiannyapun dirahasiakan. Guru lebih banyak berperan sebagai
pembimbing daripada pemberitahu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Matematika merupakan ilmu yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Hal
ini juga berarti bahwa belajar Matematika pada hakekatnya adalah belajar
konsep. Struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri
khas Matematika yang deduktif ini harus diketahui oleh guru sehingga dapat
pembelajaran Matematika dapat diajarkan dengan tepat mulai dari konsep-konsep
sederhana sampai yang kompleks.
B. Tujuan Pembelajaran Matematika
|
Berdasarkan GBPP mata
pelajaran Matematika SD
tujuan umum diberikannya
Matematika dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah:
a.Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat
dalam kehidupan sehari-hari.
b.Menumbuhkan
kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan Matematika.
c.Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai
bekal lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d.Membentuk
sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin
Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di
atas dapat dimengerti bahwa Matematika itu bukan saja dituntut sekedar
menghitung, tapi terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah,
pembentukan sikap, dan
keterampilan dalam penerapan Matematika.Siswa dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup
ini. Masalah itu baik mengenai Matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin
ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep Matematika
secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika bagi
siswa SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk
mengembangkan pola pikirnya. Melalui pembelajaran Matematika, siswa diharapkan
terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan
sehari-hari (Heruman, 2007: 2). Dalam Matematika, konsep satu selalu berkaitan dengan konsep
yang lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lain. Hal ini sesuai
dengan “pembelajaran spiral” sebagai wujud dari teori Brunner.
Konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan sebagai berikut:
1)
Penanaman konsep dasar yaitu
pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan
jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret
dengan konsep baru Matematika yang abstrak.
|
2)
Pemahaman
konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan
agar siswa lebih lebih memahami konsep Matematika.
3)
Pembinaan
keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaaan keterampilan bertujuan agar siswa
lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika (Heruman, 2007:2-3)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru
menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah
yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan riil sehari-hari siswa.
|
BAB III
KARYA
INOVASI PEMBELAJARAN
A.
Ide
Dasar
1.
Sejarah Model Quantum Teaching
Quantum Teaching merupakan inovasi dari pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada, membuat belajar menjadi sesuatu yang
meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching dimulai di Super Camp
yang merupakan sebuah program percepatan Quantum Learning yang
ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan
internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan
keterampilan pribadi (DePorter, dkk.,2010: 32). Selama dua belas hari menginap,
siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang
membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis,
berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat yang
meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal yang berkaitan dalam kehidupan.
Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti Super Camp mendapatkan nilai
yang lebih baik, mereka lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga akan diri
mereka sendiri (Vos-Groenendal dalam DePorter, dkk., 2010: 32)
Quantum
Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated
Learning oleh Lozanov, Multiple Intelligences oleh Gardner, Neuro-Linguistic
Programming Learning oleh Grinder dan Bandler, Socratic Inquiri, Cooperative
Learning oleh Johnson dan Johnson, dan Elements of Effective Instruction
oleh Hunter. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dicermati bahwa Quantum
Teaching merupakan rangkaian dari teori-teori pendidikan yang dapat
memungkinkan terjadinya optimalisasi pada proses dan hasil pendidikan. Quantum
Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses
pembelajaran (DePorter, dkk., 2010:33).
2.
Model
Quantum Teaching
|
3.
Prinsip
Model Pembelajaran Quantum Teaching
Menurut dePorter (dalam Rusman, 2012: 330) prinsip-prinsip yang harus ada
dalam pembelajaran Quantum adalah
segalanya berbicara, segala bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui
setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Adapun
penjelasan dari masing-masing prinsip itu adalah sebagai berikut. Segalanya
berbicara, artinya bahwa guru dituntut mampu merancang semua hal penunjang
pembelajaran seperti lingkungan kelas, bahasa tubuh guru (tatapan, mimik,
gerakan tangan), lembar kerja siswa yang dibagikan hingga rancangan
pembelajaran, segalanya bertujuan sehingga pesan belajar yang dibawa guru dapat
diterima.
Segalanya bertujuan, artinya semua yang
telah dipersiapkan mempunyai tujuan yang jelas. Pengalaman sebelum
pemberian nama, artinya proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
mengalami informasi sebelum mereka mempelajarinya. Akui setiap usahanya,
artinya guru patut memberikan apresiasi terhadap kecakapan dan kepercayaan diri
mereka. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya setiap usaha
yang dilakukan siswa patut dirayakan karena perayaan memberikan umpan balik
mengenai kemajuan siswa.
Prinsip-prinsip yang diterapkan di atas diharapkan
mampu menciptakan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan baik bagi guru maupun siswa.
4.
Kerangka
Model Quantum Teaching
Kerangka pembelajaran model Quantum
Teaching dikenal dengan TANDUR. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut.
a.
Tumbuhkan
Tumbuhkan berarti sertakan diri mereka, pikat dan puaskan dengan AMBAK
(Apakah Manfaatnya BagiKu). Pada tahap ini guru hendaknya menyampaikan tujuan
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh setelah mempelajarinya.
b.
Alami
|
c.
Namai
Namai yang dimaksud adalah tahap utuk menyediakan kata kunci dan
mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar yang menjadi
pesan pembelajaran. Berikan data tepat ketika minat memuncak (Rusman, 2012:
331) dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar dapat
mencari rumus, menghitung dan memperoleh informasi baru (namai) yaitu dengan
pengalaman yang mereka alami sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi
berarti.
d.
Demonstrasikan
Pada tahapan ini guru dapat memberikan peluang kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuannya dalam bentuk aktifitas seperti menjawab pertanyaan,
mengerjakan soal ke papan tulis, atau memberikan tanggapan terhadap persoalan
yang dilontarkan guru.
e.
Ulangi
Pada tahapan ini siswa diharapkan mampu memberikan ulasan terhadap materi
yang telah dipelajari sebagai wujud bahwa mereka benar-benar paham tentang apa yang telah mereka pelajari.
f.
Rayakan
Rayakan artinya pemberian penghargaan atas prestasi yang positif.
Pemberiaan penghargaan dapat berupa acungan jempol, tepuk tangan ataupun bentuk
lainnya yang berguna untuk memotivasi siswa agar belajar lebih giat lagi.
5.
Teknik
Snowball Throwing
Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan
dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah (1) guru
menyampaikan materi (2) guru membentuk kelompok kecil (3) guru memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk mendengarkn penjelasan materi lebih lanjut
(4) ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi
yang disampaikan guru ke temannya (5) setiap siswa diminta menuliskan satu
pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan (6) kertas tersebut dibuat
seperti bola, kemudian dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan
sebuah lagu. Saat iringan lagu selesai, siswa yang mendapat bola (mendapat
pertanyaaan) diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut.
B.
Rancangan
Karya Inovasi Pembelajaran
1.
Langkah-langkah
Pembelajaran Model Kolaborasi Quantum
Teaching dan Snowball Throwing
|
Secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran model kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah sebagai berikut.
Kegiatan
|
Aktivitas
|
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil (Langkah ke-2 Snowball Throwing)
|
Tumbuhkan
1.
Menyampaikan
apersepsi
2.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
3.
Melakukan tanya
jawab (menggali pengetahuan) siswa
|
|
2.
Inti
|
Alami
1.
Masing-masing
ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru (Langkah ke-3 Snowball Throwing)
2.
Setiap ketua
kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke
kelompoknya masing-masing (Langkah ke-4 Snowball
Throwing)
Namai
1.
Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
2.
Guru memantau
jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama
menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
1.
Masing-masing
siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari (Langkah
ke-5 Snowball Throwing)
2.
Semua
pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
3.
Bola yang
berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu (Langkah ke-6 Snowball Throwing)
4.
Siswa yang
mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di
dalam bola
5.
Guru menanggapi
semua jawaban dan pendapat
|
Ulangi
1.
Membimbing
siswa untuk menyimpulkan materi
2.
Memberikan
siswa latihan soal mandiri
|
|
3. Penutup
|
Rayakan
1.
Memberikan
penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
C.
Proses
Pembaharuan serta Aplikasi Praktis dalam
Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang yang
menurut Arikunto (2011: 17) mencakup empat
langkah yaitu Perencanaan,
Pelaksanaan tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.
Siklus I
|
1.
Tahap
Perencanaan
Siklus I ini diawali dengan kegiatan refleksi awal untuk mengidentifikasi
masalah. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan perencanaan
siklus I yang meliputi: (a) analisis
kurikulum, (b) menyusun silabus, (c) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Matematika kolaborasi model Quantum Teaching dengan
Teknik
Snowball Throwing, (e) menyusun lembar pengamatan guru
beserta indikatornya, (f)
menyusun lembar pengamatan
siswa beserta indikatornya, (g) menyusun lembar tes.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Langkah-langkah pembelajaran Matematika
menggunakan kolaborasi model Quantum
Teaching dengan Teknik Snowball Throwing adalah sebagai berikut.
Siklus I Pertemuan 1
Kegiatan
|
Aktivitas
|
||
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil
|
||
Tumbuhkan
4.
Menyampaikan
apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok disertai
kubus-kubus kecil di dalamnya
5.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
6.
Melakukan tanya
jawab (menggali pengetahuan) siswa mengenai satuan volume
|
|||
2.
Inti
|
Alami
1.
Masing-masing
ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai satuan
volume
2.
Setiap ketua
kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke
kelompoknya masing-masing
Namai
3.
Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.
Guru memantau
jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan
soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
6.
Masing-masing
siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari
7.
Semua
pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
8.
Bola yang
berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
9.
Siswa yang
mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di
dalam bola
10.
|
||
Ulangi
11. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
12. Memberikan siswa latihan soal mandiri
|
|||
3. Penutup
|
Rayakan
1.
Memberikan
penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
Siklus I Pertemuan 2
Kegiatan
|
Aktivitas
|
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil
|
Tumbuhkan
1.
Menyampaikan
apersepsi dengan memperlihatkan tangga ukuran
2.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
3.
Melakukan tanya
jawab (menggali pengetahuan) siswa mengenai cara mengubah satuan volume yang
tingkatannya berbeda
|
|
2.Inti
|
Alami
1.
Masing-masing ketua
kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai cara
mengubah satuan volume yang tingkatannya berbeda
2.
Setiap ketua
kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke
kelompoknya masing-masing
Namai
3.
Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.
Guru memantau
jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama
menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.
Masing-masing
siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari
6.
Semua
pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
7.
Bola yang
berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.
Siswa yang
mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di
dalam bola
9.
Guru menanggapi
semua jawaban dan pendapat
|
Ulangi
10. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11. Memberikan siswa latihan soal mandiri
|
|
3.Penutup
|
Rayakan
1.
Memberikan
penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
3.
Tahap Pengamatan
|
Kegiatan
pengamatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Aktivitas
guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru 13 aspek dan siswa 13 aspek yang diamati.
4.
Tahap
Refleksi
Tahapan kegiatan ini adalah mengkaji dan memproses hasil data yang
didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil data tersebut berupa
penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan hasil tes. Hasil
analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi dan hasil
refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
Siklus II
1.
Tahap
Perencanaan
Siklus
II ini merupakan tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada
siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) analisis kurikulum, (b) menyusun silabus, (c) menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kolaborasi model Quantum Teaching dengan
Teknik
Snowball Throwing, (d) membuat alat peraga (e) menyusun lembar pengamatan
guru beserta indikatornya, (f)
menyusun lembar pengamatan
siswa beserta indikatornya, (g) menyusun lembar tes.
2.
Tahap Pelaksanaan
Pada siklus II langkah-langkah pembelajaran kolaborasi model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing adalah sebagai
berikut.
Siklus II Pertemuan 1
Kegiatan
|
Aktivitas
|
||
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil
|
||
Tumbuhkan
3.
Menyampaikan
apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok
4.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
5.
Melakukan tanya
jawab siswa tentang sifat-sifat balok dan kubus
|
|||
2.
Inti
|
Alami
1.
2.
Setiap ketua
kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke
kelompoknya masing-masing
Namai
3.
Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.
Guru memantau
jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama
menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.
Masing-masing
siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang sifat-sifat kubus dan balok
6.
Semua
pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
7.
Bola yang
berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.
Siswa yang mendapatkan
bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
9.
Guru menanggapi
semua jawaban dan pendapat
|
||
Ulangi
10. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11. Memberikan siswa latihan soal mandiri
|
|||
3. Penutup
|
Rayakan
1.
Memberikan
penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
Siklus II Pertemuan 2
Kegiatan
|
Aktivitas
|
||
1.
Pendahuluan
|
Pengelolaan
kelas
1.
Melakukan
absensi
2.
Guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil
|
||
Tumbuhkan
3.
Menyampaikan
apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok
4.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
5.
Melakukan tanya
jawab siswa tentang rumus volume kubus dan balok
|
|||
2.
Inti
|
Alami
1.
Masing-masing
ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai cara
mencari volume kubus dan balok
2.
Setiap ketua
kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke
kelompoknya masing-masing
Namai
3.
Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.
Guru memantau
jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama
menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.
Masing-masing
siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi volume kubus dan balok
6.
7.
Bola yang
berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.
Siswa yang
mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di
dalam bola
9.
Guru menanggapi
semua jawaban dan pendapat
|
||
Ulangi
10. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11. Memberikan siswa latihan soal mandiri
|
|||
3. Penutup
|
Rayakan
1.
Memberikan
penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.
Siswa diminta
mengerjakan PR/Tugas
|
3.
Tahap
Pengamatan
Kegiatan
pengamatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Aktivitas
guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer.Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru 13 aspek dan siswa 13 aspek yang diamati.
4.
Tahap
Refleksi
Tahapan ini kegiatannya adalah mengkaji
dan memproses hasil data yang didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil
data tersebut berupa penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan
hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan
refleksi dan hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
pembelajaran siklus selanjutnya,
apabila belum tercapai keberhasilan pada siklus ini.
D. Data Hasil Aplikasi Praktis
1.
Siklus
I
Pembelajaran
Matematika mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SDN 04 PU. Tanding
melalui penerapan kolaborasi model Quantum
Teaching dengan teknik Snowball
Throwing pada siklus I diperoleh
hasil seperti berikut ini.
a. Deskripsi Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru
Hasil
analisis data dari lembar pengamatan aktivitas guru pada Siklus I ditunjukkan
pada Tabel 3.1 seperti berikut ini.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Data
Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus I
No
|
Pengamat
|
Skor
|
||
1.
|
I
|
31
|
||
2.
|
II
|
|
||
Total
skor
|
61
|
|||
Rata-rata
skor
|
30,5
|
|||
Kriteria
|
Cukup
|
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pelaksanaan
penelitian tindakan kelas pada siklus I mendapatkan kategori “cukup” yaitu
dengan rata-rata skor 30,5. Hal ini tentunya harus diperbaiki pada siklus selanjutnya
guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang lebih baik.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data
Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I
No
|
Pengamat
|
Skor
|
1.
|
I
|
30
|
2.
|
II
|
31
|
Total
skor
|
61
|
|
Rata-rata
skor
|
30,5
|
|
Kriteria
|
Cukup
|
Berdasarkan tabel 3.2 diatas menunjukkan
bahwa aktivitas siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenai materi volum kubus dan balok tergolong kedalam kategori “cukup” hal
ini dapat dilihat dari skor yang diperolah dengan rata-rata 30,5.
Tabel 3.3 Analisis Hasil Tes
Siklus I
Jumlah
seluruh siswa
|
34 siswa
|
Jumlah
siswa yang mengikuti tes
|
32 siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong tuntas
|
24 siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong belum tuntas
|
8 siswa
|
Nilai
rata-rata
|
71,2
|
Persentase
ketuntasan belajar
|
75%
|
Pada Tabel 3.3 diketahui
bahwa siswa yang tuntas pada pembelajaran siklus I berjumlah 24 siswa dari 32
siswa yang mengikuti tes, dengan rata-rata nilai 71,2 dan persentase ketuntasan
belajar klasikalnya adalah 75%. Hasil belajar ini belum dikatakan tuntas,
karena menurut Depdiknas (2006: 109) hasil belajar dikategorikan tuntas jika
ketuntasan hasil belajar secara klasikal mencapai 85% siswa mendapat nilai ≥ 70.
2. Siklus II
a.
Deskripsi
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Hasil
analisis data dari lembar pengamatan aktivitas guru pada Siklus II dan untuk
lebih jelas dapat dilihat di lampiran 23. Secara rinci ditunjukkan pada Tabel
4.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas
Guru pada Siklus II
No
|
Pengamat
|
Skor
|
||
1.
|
I
|
|
||
2.
|
II
|
36
|
||
Total
skor
|
73
|
|||
Rata-rata
skor
|
36,5
|
|||
Kriteria
|
Baik
|
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa pelaksanaan
penelitian tindakan kelas pada siklus II sudah berjalan dengan baik yaitu
dengan rata-rata skor 36,5. Hal ini tentunya harus ditingkatkan pada siklus
selanjutnya guna untuk lebih meningkatkan aktivitas pembelajaran dan kemampuan
siswa yang lebih baik.
b. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil analisis data dari lembar
pengamatan aktivitas siswa pada siklus II ditunjukkan pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Data
Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
No
|
Pengamat
|
Skor
|
1.
|
I
|
34
|
2.
|
II
|
35
|
Total
skor
|
69
|
|
Rata-rata
skor
|
34,5
|
|
Kriteria
|
Baik
|
Tabel
3.5 menunjukkan bahwa
aktivitas siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran sudah mendapat kategori baik dengan
rata-rata 34,5.
Tabel 3.6 Analisis Hasil Tes
Siklus II
Jumlah
seluruh siswa
|
34 siswa
|
Jumlah
siswa yang mengikuti tes
|
33 siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong tuntas
|
27 siswa
|
Jumlah
siswa yang tergolong belum tuntas
|
6 siswa
|
Nilai
rata-rata
|
78,2
|
Persentase
ketuntasan belajar
|
81,8%
|
Pada
Tabel 3.6 ditunjukkan bahwa
siswa yang tuntas pada pembelajaran siklus II berjumlah 27 siswa dari 33 siswa
yang mengikuti tes, dengan rata-rata 78,2 dan persentase ketuntasan belajar klasikalnya
adalah 81,8%
E. Analisis Hasil Aplikasi Praktis
1.
Aktivitas
Guru
|

Berdasarkan Diagram 3.1
di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajran terjadi
peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor adalah 30,5 kemudian pada siklus II meningkat
dengan rata-rata 36,5
2.
Aktivitas
Siswa

Berdasarkan diagram 3.2
di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terjadi
peningkatan. Pada siklus I, rata-rata skor penilaian aktivitas siswa 30,5,
kemudian pada siklus II mengalami peningakatan menjadi 34,5.
3.
Analisis
Hasil Belajar Siswa
|

Berdasarkan diagram 3.3
di atas hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Pada siklus I rata-rata
kelas 71,2, siklus meningkat II menjadi 78,2.
Berdasarkan standar
ketuntasan kelas yaitu lebih dari 85% siswa di kelas mendapat nilai lebih dari
70 dapat kita tunjukkan dengan diagram berikut ini.

Berdasarkan diagram 3.4 di atas dapat disimpulkan bahwa
persentase kemampuan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I persentasenya 75%, pada siklus II meningkat
menjadi 81%. Meningkatnya kualitas aktivitas belajar berpengaruh terhadap hasil
kemampuan siswa.
|
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil
penelitian tindakan kelas dapat diambil simpulan, sebagai berikut ini.
1.
Meningkatkan
aktivitas pembelajaran yaitu :
a.
Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan guru pada siklus 1
yang
memperoleh rata-rata 30,5 dengan kriteria cukup, meningkat
menjadi 36,5 pada siklus II dengan kriteria baik.
b.
Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan siswa pada siklus
1 memperoleh rata-rata 30,5 dengan kriteria cukup, meningkat
menjadi 34,5 pada siklus II dengan kriteria baik.
2.
Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek
kognitif. Hal ini dapat dilihat dari nilai test pada siklus I dengan rata-rata 71,2 ketuntasan belajar klasikal 75% dan
meningkat pada siklus
II dengan rata-rata 78,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 82%.
B.
Saran
Terkait
dengan penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball
Throwing, penulis memiliki beberapa
saran yaitu:
1.
Penulis menyarankan bagi yang akan menerapkan Kolaborasi
Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, perlu memperhatikan
hal berikut ini.
a.
Guru sebaiknya jelas dalam menyampaikan
tahapan-tahapan pembelajaran yang diterapkan dimodel Quantum Teaching dengan
Teknik Snowball Throwing, gunanya yaitu agar siswa tidak bingung
terhadap hal-hal yang harus dikerjakannya.
b.
Guru juga harus memperhatikan alokasi
waktu dalam menerapkan model ini, sehingga tahapan-tahapan yang telah di
tentukan selama proses pembelajaran tidak ada yang terlewatkan.
c.
Persiapkan lagu/musik untuk mengiringi
kegiatan melempar bola soal (Snowball
Throwing). Pelemparan selesai saat lagu/musik berhenti.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan.
Yogyakarta: Aditya Media
Ary
Antari, Gusti Ayu. 2014. Penerapan Model Quantum Teaching sebagai Upaya
Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kubus dan Balok pada
Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 2 Ubud Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi
Depdiknas.
2004. Pedoman Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: BSNP
DePorter, dkk. 2010. Quantum
Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung:
Kaifa
Heruman.
2007. Strategi Pembelajaran Matematika Di
Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Karso. 2004. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas
Terbuka
Rusman.
2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Uno,
Hamzah B. & Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Belajar. Jakarta:
Bumi
Aksara.
Wena, Made. 2011. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Berbagi ilmu, menuai manfaat dan pahala, teruskan agar pada masa mendatang, orang tahu kita pernah hidup
BalasHapus