KOLABORASI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan, sehingga mata pelajaran Matematika sering disebut ratunya ilmu. Alasan mata pelajaran Matematika diberikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yakni untuk  mengembangkan daya berfikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mengembangkan pola kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Bagi siswa SD, Matematika berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari imu-ilmu yang lain (Karso, 2004: 15)
Pernyataan di atas juga sesuai dengan tujuan pembelajaran Matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2004 yaitu agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep tersebut secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Lebih lanjut, menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 4)  Matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif. Siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing dari pada pemberitahu. Namun, fakta di lapangan mengungkapkan bahwa Matematika adalah bidang ilmu yang kerap sekali ditakuti peserta didik sehingga tujuan yang ingin dicapai sering tidak terealisasi.
Agar tujuan Matematika tersebut dapat tercapai, tentunya dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Di sinilah dituntutnya keahlian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

1
 
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman  peneliti dalam  mengajar Matematika di SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding. Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa, sehingga tidak heran jika tingkat keberhasilan pembelajaran Matematika siswa masih rendah dengan nilai rata-rata  57,6 dengan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 64,5%. Siswa mengungkapkan bahwa Matematika adalah mata pelajaran yang membosankan, sulit dimengerti, dan salah satu pelajaran yang menakutkan bagi siswa.
Permasalahan yang tampak pada saat proses belajar berlangsung adalah (1) kemampuan menganalisa dan  menyelesaikan soal rendah,  (2) siswa kurang terampil berpikir dan cenderung suka mencontoh, (3) siswa belum mampu berfikir kritis dan sistematis. Akibatnya jika diberikan soal-soal yang agak berbeda sedikit dengan contoh yang diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikannya. Hal ini disebabkan siswa belajar hanya dengan mengingat fakta, dan kurang memahami konsep yang dipelajari. Selanjutnya, peneliti mengidentifikasikan penyebab rendahnya hasil belajar Matematika dikarenakan (1) model pembelajaran kurang bervariasi dan tidak menarik, sehingga siswa mengalami kebosanan dan keterampilan berpikir siswa tidak berkembang secara maksimal, (2) pemanfaatan lingkungan/alat peraga yang masih kurang dalam mempermudah proses pembelajaran, serta (3) suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan hal ini terlihat belum adanya tepuk tangan ataupun acungan jempol terhadap partisipasi siswa.
Mengatasi permasalahan di atas, perlu dilakukan pembaharuan dalam penerapan model pembelajaran yang nantinya mampu mendorong minat serta kemampuan siswa dalam berpikir. Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dipandang mampu mengatasi permasalahan tersebut.
 Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran kolaborasi yang melibatkan siswa secara aktif baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan TANDUR yang merupakan singkatan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter, 2010: 39) yang dipadukan dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti melempar bola salju (Snowball Throwing). Model Pembelajaran kolaborasi ini nantinya diharapkan mampu mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika secara holistik.  Model kolaborasi ini juga mengandung respon dari semua orang di dalam kelas dan menempatkan semua siswa ke dalam peran-peran yang aktif secara kognitif serta konsep-konsep dan ide-ide dalam Matematika yang sifatnya abstrak itu dapat dikaji, dipahami dan dicapai oleh penalaran siswa melalui aktivitas pembelajaran yang menarik, interaktif dan kondusif.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul “Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mengenai Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding
B.      

2
 
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.        Bagaimanakah penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding?
2.        Bagaimanakah penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Meningkatkan aktivitas pembelajaran Matematika melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.
2.        Meningkatkan hasil belajar Matematika melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.
D. Manfaat Penelitian
1.    Bagi Siswa
Melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, diharapakan siswa yang sebagai subyek penelitian dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan kreativitas siswa serta mengembangkan cara belajarnya.
2.    Bagi Guru
Memberikan informasi serta meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing.
3.    Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini, penulis dapat memberikan sumbangan informasi kepada sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran Matematika yang juga berdampak pada meningkatnya kualitas sekolah.

3
 
 

BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Hakikat Pembelajaran Matematika
Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematika, dan kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhsetyo (dalam Antari, 2014:19) yang mengemukakan bahwa Matematika memiliki ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis.
Pendapat yang sama juga datang dari Karso (2004: 1.4) yakni manfaat yang menonjol dari Matematika itu sendiri dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Menurut Uno, dkk. (2009:110) hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan dalam kehidupan nyata.
Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 4) juga merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif. Siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Materi yang disajikan guru bukan dalam bentuk akhir dan cara penyelesaiannyapun dirahasiakan. Guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing daripada pemberitahu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Matematika merupakan ilmu yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Hal ini juga berarti bahwa belajar Matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep. Struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas Matematika yang deduktif ini harus diketahui oleh guru sehingga dapat pembelajaran Matematika dapat diajarkan dengan tepat mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.
B.       Tujuan Pembelajaran Matematika

4
 
Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajari Matematika apabila telah didasari pada apa yang telah dipelajari orang itu sebelumnya. Karena untuk mempelajari suatu materi Matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar Matematika tersebut.
Berdasarkan GBPP mata pelajaran Matematika SD tujuan umum diberikannya Matematika dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah:
a.Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan  bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b.Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan Matematika.
c.Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d.Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin
Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat dimengerti bahwa Matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tapi terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah, pembentukan sikap, dan keterampilan dalam penerapan Matematika.Siswa dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai Matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep Matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C.      Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya. Melalui pembelajaran Matematika, siswa diharapkan terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari (Heruman, 2007: 2). Dalam Matematika, konsep satu selalu berkaitan dengan konsep yang lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lain. Hal ini sesuai dengan “pembelajaran spiral” sebagai wujud dari teori Brunner.
Konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan sebagai berikut:
1)       

5
 
Penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru Matematika yang abstrak.
2)        Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih lebih memahami konsep Matematika.
3)        Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika (Heruman, 2007:2-3)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan riil sehari-hari siswa.

















 
 

BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
A.      Ide Dasar
1.        Sejarah Model Quantum Teaching
Quantum Teaching merupakan inovasi dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada, membuat belajar menjadi sesuatu yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching dimulai di Super Camp yang merupakan sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, dkk.,2010: 32). Selama dua belas hari menginap, siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat yang meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal yang berkaitan dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti Super Camp mendapatkan nilai yang lebih baik, mereka lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos-Groenendal dalam DePorter, dkk., 2010: 32)
Quantum Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning oleh Lozanov, Multiple Intelligences oleh Gardner, Neuro-Linguistic Programming Learning oleh Grinder dan Bandler, Socratic Inquiri, Cooperative Learning oleh Johnson dan Johnson, dan Elements of Effective Instruction oleh Hunter. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dicermati bahwa Quantum Teaching merupakan rangkaian dari teori-teori pendidikan yang dapat memungkinkan terjadinya optimalisasi pada proses dan hasil pendidikan. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses pembelajaran (DePorter, dkk., 2010:33).
2.        Model Quantum Teaching

7
 
Model pembelajaran Quantum merupakan bentuk inovasi dari pengubahan macam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan pembelajaran (Rusman, 2012: 330). Sejalan dengan pendapat di atas, Wena (2011: 160) juga menyatakan bahwa pembelajaran Quantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar  yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa model Quantum Teaching yang dimaksud model pembelajaran inovatif yang memadukan unsur seni di dalamnya sehingga belajar menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan dengan pencapaian tujuan yang terarah.
3.        Prinsip Model Pembelajaran Quantum Teaching
Menurut dePorter (dalam Rusman, 2012: 330) prinsip-prinsip yang harus ada dalam pembelajaran Quantum adalah segalanya berbicara, segala bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Adapun penjelasan dari masing-masing prinsip itu adalah sebagai berikut. Segalanya berbicara, artinya bahwa guru dituntut mampu merancang semua hal penunjang pembelajaran seperti lingkungan kelas, bahasa tubuh guru (tatapan, mimik, gerakan tangan), lembar kerja siswa yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, segalanya bertujuan sehingga pesan belajar yang dibawa guru dapat diterima.
Segalanya bertujuan, artinya semua yang  telah dipersiapkan mempunyai tujuan yang jelas. Pengalaman sebelum pemberian nama, artinya proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka mempelajarinya. Akui setiap usahanya, artinya guru patut memberikan apresiasi terhadap kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya setiap usaha yang dilakukan siswa patut dirayakan karena perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan siswa.
Prinsip-prinsip yang diterapkan di atas diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan baik bagi guru maupun siswa.
4.        Kerangka Model Quantum Teaching
Kerangka pembelajaran model Quantum Teaching dikenal dengan TANDUR. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.         Tumbuhkan
Tumbuhkan berarti sertakan diri mereka, pikat dan puaskan dengan AMBAK (Apakah Manfaatnya BagiKu). Pada tahap ini guru hendaknya menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh setelah mempelajarinya.
b.        Alami

8
 
Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dan mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung materi yang diajarkan.
c.         Namai
Namai yang dimaksud adalah tahap utuk menyediakan kata kunci dan mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar yang menjadi pesan pembelajaran. Berikan data tepat ketika minat memuncak (Rusman, 2012: 331) dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar dapat mencari rumus, menghitung dan memperoleh informasi baru (namai) yaitu dengan pengalaman yang mereka alami sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi berarti.
d.        Demonstrasikan
Pada tahapan ini guru dapat memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bentuk aktifitas seperti menjawab pertanyaan, mengerjakan soal ke papan tulis, atau memberikan tanggapan terhadap persoalan yang dilontarkan guru.
e.         Ulangi
Pada tahapan ini siswa diharapkan mampu memberikan ulasan terhadap materi yang telah dipelajari sebagai wujud bahwa mereka benar-benar  paham tentang apa yang telah mereka pelajari.
f.         Rayakan
Rayakan artinya pemberian penghargaan atas prestasi yang positif. Pemberiaan penghargaan dapat berupa acungan jempol, tepuk tangan ataupun bentuk lainnya yang berguna untuk memotivasi siswa agar belajar lebih giat lagi.
5.        Teknik Snowball Throwing
Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah (1) guru menyampaikan materi (2) guru membentuk kelompok kecil (3) guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk mendengarkn penjelasan materi lebih lanjut (4) ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi yang disampaikan guru ke temannya (5) setiap siswa diminta menuliskan satu pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan (6) kertas tersebut dibuat seperti bola, kemudian dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan sebuah lagu. Saat iringan lagu selesai, siswa yang mendapat bola (mendapat pertanyaaan) diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. 
B.       Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran
1.       

9
 
Langkah-langkah Pembelajaran Model Kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran model kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah sebagai berikut.

Kegiatan
Aktivitas
1.      Pendahuluan
Pengelolaan kelas
1.      Melakukan absensi
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (Langkah ke-2 Snowball Throwing)

Tumbuhkan
1.      Menyampaikan apersepsi
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.      Melakukan tanya jawab (menggali pengetahuan) siswa
2.      Inti
Alami
1.      Masing-masing ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru (Langkah ke-3 Snowball Throwing)
2.      Setiap ketua kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke kelompoknya masing-masing (Langkah ke-4 Snowball Throwing)
Namai
1.      Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
2.      Guru memantau jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
1.      Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari (Langkah ke-5 Snowball Throwing)
2.      Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
3.      Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu (Langkah ke-6 Snowball Throwing)
4.      Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
5.      Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat

Ulangi
1.      Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
2.      Memberikan siswa latihan soal mandiri
3.      Penutup
Rayakan
1.      Memberikan penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.      Siswa diminta mengerjakan PR/Tugas

C.      Proses Pembaharuan serta Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang yang menurut Arikunto (2011: 17) mencakup empat langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.
Siklus I

10
 
Ada pun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
1.        Tahap Perencanaan
Siklus I ini diawali dengan kegiatan refleksi awal untuk mengidentifikasi masalah. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan perencanaan siklus I yang meliputi: (a) analisis kurikulum, (b) menyusun silabus, (c) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kolaborasi model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, (e) menyusun lembar pengamatan guru beserta indikatornya, (f) menyusun lembar pengamatan siswa beserta indikatornya, (g) menyusun lembar tes.
2.        Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan. Langkah-langkah pembelajaran Matematika menggunakan kolaborasi model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing  adalah sebagai berikut.
Siklus I Pertemuan 1
Kegiatan
Aktivitas
1.      Pendahuluan
Pengelolaan kelas
1.      Melakukan absensi
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

Tumbuhkan
4.      Menyampaikan apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok disertai kubus-kubus kecil di dalamnya
5.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
6.      Melakukan tanya jawab (menggali pengetahuan) siswa mengenai satuan volume
2.      Inti
Alami
1.      Masing-masing ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai satuan volume
2.      Setiap ketua kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke kelompoknya masing-masing
Namai
3.      Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.      Guru memantau jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
6.      Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari
7.      Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
8.      Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
9.      Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
10. 

11
 
Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat

Ulangi
11.  Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
12.  Memberikan siswa latihan soal mandiri
3.      Penutup
Rayakan
1.      Memberikan penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.      Siswa diminta mengerjakan PR/Tugas

Siklus I Pertemuan 2
Kegiatan
Aktivitas
1.      Pendahuluan
Pengelolaan kelas
1.      Melakukan absensi
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

Tumbuhkan
1.      Menyampaikan apersepsi dengan memperlihatkan tangga ukuran
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.      Melakukan tanya jawab (menggali pengetahuan) siswa mengenai cara mengubah satuan volume yang tingkatannya berbeda
2.Inti
Alami
1.      Masing-masing ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai cara mengubah satuan volume yang tingkatannya berbeda
2.      Setiap ketua kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke kelompoknya masing-masing
Namai
3.      Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.      Guru memantau jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.      Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi yang dipelajari
6.      Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
7.      Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.      Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
9.      Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat

Ulangi
10.  Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11.  Memberikan siswa latihan soal mandiri
3.Penutup
Rayakan
1.      Memberikan penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.      Siswa diminta mengerjakan PR/Tugas

3.       

12
 
Tahap Pengamatan
            Kegiatan pengamatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru 13 aspek dan siswa 13 aspek yang diamati.
4.        Tahap Refleksi
Tahapan kegiatan ini adalah mengkaji dan memproses hasil data yang didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil data tersebut berupa penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi dan hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
Siklus II
1.        Tahap Perencanaan
            Siklus II ini merupakan tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) analisis kurikulum, (b) menyusun silabus, (c) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kolaborasi model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, (d) membuat alat peraga  (e) menyusun lembar pengamatan guru beserta indikatornya, (f) menyusun lembar pengamatan siswa beserta indikatornya, (g) menyusun lembar tes.
2.        Tahap Pelaksanaan
Pada siklus II langkah-langkah pembelajaran kolaborasi model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing adalah sebagai berikut.
Siklus II Pertemuan 1
Kegiatan
Aktivitas
1.      Pendahuluan
Pengelolaan kelas
1.      Melakukan absensi
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

Tumbuhkan
3.      Menyampaikan apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok
4.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
5.      Melakukan tanya jawab siswa tentang sifat-sifat balok dan kubus
2.      Inti
Alami
1.     

13
 
Masing-masing ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai sifat-sifat kubus dan balok
2.      Setiap ketua kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke kelompoknya masing-masing
Namai
3.      Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.      Guru memantau jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.      Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang sifat-sifat kubus dan balok
6.      Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
7.      Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.      Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
9.      Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat

Ulangi
10.  Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11.  Memberikan siswa latihan soal mandiri
3.      Penutup
Rayakan
1.      Memberikan penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.      Siswa diminta mengerjakan PR/Tugas

Siklus II Pertemuan 2
Kegiatan
Aktivitas
1.      Pendahuluan
Pengelolaan kelas
1.      Melakukan absensi
2.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

Tumbuhkan
3.      Menyampaikan apersepsi dengan memperlihatkan benda berbentuk kubus dan balok
4.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
5.      Melakukan tanya jawab siswa tentang rumus volume kubus dan balok
2.      Inti
Alami
1.      Masing-masing ketua kelompok dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai cara mencari volume kubus dan balok
2.      Setiap ketua kelompok wajib menjelaskan ulang penjelasan yang disampaikan oleh gurunya ke kelompoknya masing-masing
Namai
3.      Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang ada di LDS tiap kelompok
4.      Guru memantau jalannya diskusi dan menanyakan permasalahan yang ditemui selama menyelesaikan soal yang ada di LDS
Demonstrasikan
5.      Masing-masing siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi volume kubus dan balok
6.     

14
 
Semua pertanyaan dikumpulkan sehingga membentuk seperti bola
7.      Bola yang berisi pertanyaan digulir ke setiap siswa dengan iringan lagu
8.      Siswa yang mendapatkan bola diakhir lagu, harus menjawab satu pertanyaan yang ada di dalam bola
9.      Guru menanggapi semua jawaban dan pendapat

Ulangi
10.  Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
11.  Memberikan siswa latihan soal mandiri
3.      Penutup
Rayakan
1.      Memberikan penghargaan terhadap kelompok atau siswa yang aktif selama pembelajaran
2.      Siswa diminta mengerjakan PR/Tugas

3.        Tahap Pengamatan
            Kegiatan pengamatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer.Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru 13 aspek dan siswa 13 aspek yang diamati.
4.        Tahap Refleksi
Tahapan ini kegiatannya adalah mengkaji dan memproses hasil data yang didapat saat melakukan pengamatan tindakan. Hasil data tersebut berupa penilaian proses (hasil pengamatan guru dan siswa) dan hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi dan hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pembelajaran siklus selanjutnya, apabila belum tercapai keberhasilan pada siklus ini.
D.      Data Hasil Aplikasi Praktis
1.    Siklus I
Pembelajaran Matematika mengenai materi volume kubus dan balok di kelas V SDN 04 PU. Tanding melalui penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dengan teknik Snowball Throwing  pada siklus I diperoleh hasil seperti berikut ini.
a.    Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Hasil analisis data dari lembar pengamatan aktivitas guru pada Siklus I ditunjukkan pada Tabel 3.1 seperti berikut ini.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus I
No
Pengamat
Skor
1.
I
31
2.
II

15
 
30
Total skor
61
Rata-rata skor
30,5
Kriteria
Cukup

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I mendapatkan kategori “cukup” yaitu dengan rata-rata skor 30,5. Hal ini tentunya harus diperbaiki pada siklus selanjutnya guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang lebih baik.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I
No
Pengamat
Skor
1.
I
30
2.
II
31
Total skor
61
Rata-rata skor
30,5
Kriteria
Cukup

Berdasarkan tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenai materi volum kubus dan balok tergolong kedalam kategori “cukup” hal ini dapat dilihat dari skor yang diperolah dengan rata-rata 30,5.
Tabel 3.3 Analisis Hasil Tes Siklus I
Jumlah seluruh siswa
34 siswa
Jumlah siswa yang mengikuti tes
32 siswa
Jumlah siswa yang tergolong tuntas
24 siswa
Jumlah siswa yang tergolong belum tuntas
8 siswa
Nilai rata-rata
71,2
Persentase ketuntasan belajar
75%

  Pada Tabel 3.3 diketahui bahwa siswa yang tuntas pada pembelajaran siklus I berjumlah 24 siswa dari 32 siswa yang mengikuti tes, dengan rata-rata nilai 71,2 dan persentase ketuntasan belajar klasikalnya adalah 75%. Hasil belajar ini belum dikatakan tuntas, karena menurut Depdiknas (2006: 109) hasil belajar dikategorikan tuntas jika ketuntasan hasil belajar secara klasikal mencapai 85% siswa mendapat nilai  ≥ 70.
2. Siklus II
a.    Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Hasil analisis data dari lembar pengamatan aktivitas guru pada Siklus II dan untuk lebih jelas dapat dilihat di lampiran 23. Secara rinci ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus II
No
Pengamat
Skor
1.
I

16
 
37
2.
II
36
Total skor
73
Rata-rata skor
36,5
Kriteria
Baik

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II sudah berjalan dengan baik yaitu dengan rata-rata skor 36,5. Hal ini tentunya harus ditingkatkan pada siklus selanjutnya guna untuk lebih meningkatkan aktivitas pembelajaran dan kemampuan siswa yang lebih baik.
b. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil analisis data dari lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II ditunjukkan pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Data Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
No
Pengamat
Skor
1.
I
34
2.
II
35
Total skor
69
Rata-rata skor
34,5
Kriteria
Baik
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa aktivitas siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran sudah mendapat kategori baik dengan rata-rata  34,5.
Tabel 3.6 Analisis Hasil Tes Siklus II
Jumlah seluruh siswa
34 siswa
Jumlah siswa yang mengikuti tes
33 siswa
Jumlah siswa yang tergolong tuntas
27 siswa
Jumlah siswa yang tergolong belum tuntas
6 siswa
Nilai rata-rata
78,2
Persentase ketuntasan belajar
81,8%

Pada Tabel 3.6 ditunjukkan bahwa siswa yang tuntas pada pembelajaran siklus II berjumlah 27 siswa dari 33 siswa yang mengikuti tes, dengan rata-rata 78,2 dan persentase ketuntasan belajar klasikalnya adalah 81,8%
E.       Analisis Hasil Aplikasi Praktis
1.        Aktivitas Guru

17
 
Analisis hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I dan II menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas guru ditunjukkan pada diagram di bawah ini.
Berdasarkan Diagram 3.1 di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajran terjadi peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor adalah 30,5 kemudian pada siklus II meningkat dengan rata-rata 36,5
2.        Aktivitas Siswa
Analisis hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dan II menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa ditunjukkan pada diagram di bawah ini.








Berdasarkan diagram 3.2 di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan. Pada siklus I, rata-rata skor penilaian aktivitas siswa 30,5, kemudian pada siklus II mengalami peningakatan menjadi 34,5.
3.    Analisis Hasil Belajar Siswa

18
 
Analisis hasil belajar siswa pada siklus I dan II menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan pada diagram di bawah ini.
Berdasarkan diagram 3.3 di atas hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Pada siklus I rata-rata kelas 71,2, siklus meningkat II menjadi 78,2.
Berdasarkan standar ketuntasan kelas yaitu lebih dari 85% siswa di kelas mendapat nilai lebih dari 70 dapat kita tunjukkan dengan diagram berikut ini.
Berdasarkan diagram 3.4 di atas dapat disimpulkan bahwa persentase kemampuan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I  persentasenya 75%, pada siklus II meningkat menjadi 81%. Meningkatnya kualitas aktivitas belajar berpengaruh terhadap hasil kemampuan siswa.










19
 
 

BAB IV
PENUTUP
A.  Simpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat diambil simpulan, sebagai berikut ini.
1.      Meningkatkan aktivitas pembelajaran yaitu :
a.       Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan guru pada siklus 1 yang memperoleh rata-rata 30,5 dengan kriteria cukup, meningkat menjadi 36,5 pada siklus II dengan kriteria baik.
b.      Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan siswa pada siklus 1 memperoleh rata-rata 30,5 dengan kriteria cukup, meningkat menjadi 34,5 pada siklus II dengan kriteria baik.
2.      Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat dari nilai test pada siklus I dengan rata-rata 71,2 ketuntasan belajar klasikal 75% dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata 78,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 82%.

B.     Saran
           Terkait dengan penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, penulis memiliki beberapa saran yaitu:
1.        Penulis menyarankan bagi yang akan menerapkan Kolaborasi Model Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, perlu memperhatikan hal berikut ini.
a.         Guru sebaiknya jelas dalam menyampaikan tahapan-tahapan pembelajaran yang diterapkan dimodel Quantum Teaching dengan Teknik Snowball Throwing, gunanya yaitu agar siswa tidak bingung terhadap hal-hal yang harus dikerjakannya.
b.         Guru juga harus memperhatikan alokasi waktu dalam menerapkan model ini, sehingga tahapan-tahapan yang telah di tentukan selama proses pembelajaran tidak ada yang terlewatkan.
c.         Persiapkan lagu/musik untuk mengiringi kegiatan melempar bola soal (Snowball Throwing). Pelemparan selesai saat lagu/musik berhenti.

20
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media
Ary Antari, Gusti Ayu. 2014. Penerapan Model Quantum Teaching sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 2 Ubud Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi
Depdiknas. 2004. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
            Jakarta: BSNP
DePorter, dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Heruman. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung:
            Remaja Rosdakarya
Karso. 2004. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Uno, Hamzah B. & Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Belajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Komentar

  1. Berbagi ilmu, menuai manfaat dan pahala, teruskan agar pada masa mendatang, orang tahu kita pernah hidup

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANFAATAN APLIKASI VIDEOSCRIBE & KINEMASTER DALAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA

PENELITIAN DESKRIPTIF